Selasa 28 Nov 2023 20:29 WIB

Pilu Pedagang Pasar Legi Solo Sepi Pembeli: Ndak Ada Pemasukan Lagi

Sejumlah pedagang yang menyerah berjualan di Pasar Legi.

Rep: Muhammad Noor Alfian/ Red: Yusuf Assidiq
 Kondisi Pasar Legi Solo yang lengang dari pembeli, Selasa (28/11/2023).
Foto: Muhammad Noor Alfian
Kondisi Pasar Legi Solo yang lengang dari pembeli, Selasa (28/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sejumlah pedagang Pasar Legi Kota Solo, Jawa Tengah, mengeluhkan kondisi pasar yang sepi dari pembeli. Menurut mereka, kondisi tersebut berlangsung setelah pasar dibangun kembali usai kebakaran pada 2018 lalu.

Salah satu pedagang, Tri Wahyuni mengatakan, ia hanya melayani pembeli sekitar 3-4 orang. Padahal warungnya ia buka hampir 24 jam.

"Sepi nggak ada pengunjung, sehari itu cuma jual sama 3 sampai 4 orang. Saya bukanya ini juga hampir 24 jam tapi nggak ada pelanggannya," kata Tri ketika ditemui, Selasa (28/11/2023).

Menurut Tri, sejak Lebaran Idul Fitri tahun lalu, pengunjung yang datang terus berkurang. Ia mengakui, masyarakat tak antusias untuk berbelanja di dalam Pasar Legi lagi.

"Dari paska Lebaran sampai sekarang ya gitu terus keadaannya, lah ini mau Lebaran lagi nggak ada greget-nya," ujarnya.

Sebelum kebakaran, Tri menceritakan ia dapat melayani banyak pembeli. Bahkan ada 20-an karyawan yang dipekerjakannya untuk melayani pembeli.

"Sebelum kebakaran itu pasarnya kumuh, reget tapi malah rame ngerejekeni, ini pasar dibangun malah kayak ini. Dulu sehari itu jualin terus sampai gak sempet makan jadi ngedolin (melayani pembeli) terus 24 jam. Dulu saya punya pegawai sampai 20 orang, tapi sekarang tinggal 4 kadang 5 orang, kan saya nggak kuat gaji orang, pemasukannya nggak ada, nggak ada pembeli," katanya.

Bahkan dari hasil penjualannya di Pasar Legi, Tri pernah memiliki aset berupa 12 sertifikat tanah. Namun, kini ia bersyukur apabila masih bisa menggaji karyawannya.

"Saya nggak bisa beli aset nggak apa-apa yang penting bisa gaji tenaga, kalau siang itu tiga kalau malam dua kadang jadi, nggak sombong ya dulu saya bisa beli 12 sertifikat lemah (tanah) dari dulu sebelum kebakaran itu sekarang nggak bisa gaji pekerja aja udah seneng," ungkap dia.

Kondisi ini tak hanya dialami Tri, namun juga pedagang lainnya. Sri mengatakan kondisi Pasar Legi memang sepi dari pembeli. "Gak ada pelanggannya, jualan gak laku, gak ada orang yang beli pelanggannya udah lari," katanya.

"Parkir susah, kepengen di sini malah di atas jadi orang beli gak mau mungkin beli sekali gak ke sini lagi, kan dagangannya belanja di lantai dua suruh ke sana, tapi memang menangani pasar itu nggak mudah," jelas dia.

Sri mengatakan dulu ia mempunyai banyak pelanggan dari daerah sekitar hingga luar kota. Namun sekarang pelanggannya sudah beralih.

Ia yang telah berusia senja sekitar 70 tahun tersebut mengaku tetap bertahan berjualan lantaran tak ingin menetap di rumah dan membuatnya pikun.

"Dulu pelanggan saya itu orang Madiun, orang Cilacap, kalau pagi itu ada dari Sukoharjo, Kartosuro, sudah banyak sekarang sudah ndak ada. Jadi kan sekarang saya sudah tua disuruh di rumah gak mau nanti pikun," katanya.

Sri mengungkapkan di hari-hari biasa kondisi Pasar Legi memang sepi. Namun, mendekati hari besar seperti Idul Fitri memang ada kenaikan meskipun tak signifikan.

"Ya kalau mendekati Lebaran ya lumayan ada orang beli, kalau hari biasa ya kayak gini, kalau ramai ya di sini cuma ada pembagian beras dari Bulog itu," ujar dia lagi.

Kondisi sama juga menimpa Parno. Ia mengatakan dari buka sekitar pukul 09.00 WIB - 12.00 WIB belum melayani satupun pelanggan. Bahkan ia mengungkapkan ada sejumlah pedagang yang menyerah berjualan di Pasar Legi.

"Kadang yang beli cuma satu kadang cuma dua, nek ini menurun banget jam segini aja belum ada yang beli buka dari pukul 08.30 WIB ini sudah pukul 12.00 WIB," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement