REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Riset Ekonomi Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto mengatakan, tak ada hubungannya antara aksi boikot produk pro Israel dan daya beli yang sedang lesu. Bila dilihat sejauh ini berbagai indikator konsumsi masyarakat Indonesia masih menunjukkan kinerja yang solid di tengah inflasi yang terkendali dalam rentang target (2-4 persen), yaitu pada 2,56 persen.
"Solidnya konsumsi dalam negeri tercermin dari pertumbuhan PDB Kuartal III/2023 dari sektor Konsumsi Rumah Tangga yang masih mampu mencatatkan pertumbuhan di atas 5 persen, atau tepatnya 5,06 persen," ujarnya kepada Republika, Rabu (29/11/2023).
Bahkan, lanjut Suhindarto, dengan inflasi yang terkendali dalam rentang target, maka konsumen bisa terus menjaga daya belinya. Kemudian dari sisi leading indicator yang menjadi proksi atas konsumsi masyarakat, seperti indeks kepercayaan konsumen dan penjualan ritel juga masih terpantau menunjukkan kondisi yang baik.
Hasil survei indeks kepercayaan konsumen menunjukkan bahwa konsumen masih optimis, dimana nilai indeks di bulan oktober 2023 mencapai 124,3 atau di atas 100. Sementara dari sisi indeks penjualan ritel juga terpantau bahwa penjualan eceran di masyarakat masih tumbuh, dengan perkiraan pertumbuhan di bulan oktober 2023 mencapai 1,78 persen (YoY).
Selain itu, kuatnya konsumsi juga dicerminkan oleh peningkatan penjualan sepeda motor, peningkatan penumpang transportasi umum. Kemudian, meningkatnya tingkat hunian kamar hotel di berbagai daerah, penyaluran kredit konsumsi yang terus tumbuh, dan lain sebagainya.
"Oleh karenanya, tidak tepat jika menghubungkan antara aksi boikot dengan kelesuan daya beli," tegasnya.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memastikan investasi di Indonesia tetap tumbuh sesuai target di tengah aksi boikot produk terafiliasi Israel. Bahlil juga memastikan belum ada investor asing yang mengeluh terkait sikap Indonesia yang memboikot produk terafiliasi Israel.
"Sampai sekarang belum ada," katanya di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (27/11/2023).
Bahlil juga menyampaikan, sektor penanaman modal asing langsung (foreign direct investment/FDI) sampai sekarang masih tetap tumbuh sesuai dengan target perencanaan 2023. "Sampai hari ini untuk target investasi kita masih on progress, karena target untuk tahun 2023 Rp 1.400 triliun dan insya Allah mudah-mudahan bisa tercapai," kata Bahlil.