Rabu 29 Nov 2023 09:02 WIB

Kendalikan Inflasi, BPS DIY Sebut Perlu Perhatikan Dua Komoditas Ini

Inflasi di DIY hingga Oktober 2023 mencapai 2,44 persen.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Upaya pengendalian inflasi perlu memperhatikan komoditas yang memiliki bobot atau andil yang besar seperti komoditas beras. Selain itu, pada komoditas yang memiliki gejolak harga yang tinggi atau fluktuatif, seperti komoditas aneka cabai, juga harus menjadi perhatian.

Kepala BPS DIY Herum Fajarwati menyebut inflasi yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan ekonomi bergejolak karena harga barang dan jasa di luar kemampuan daya beli konsumen. Sementara pada inflasi yang moderat, perekonomian akan bergerak tumbuh karena produsen mendapatkan insentif yang wajar, dan harga barang masih dalam rentang kemampuan konsumen.

"Inflasi yang rendah akan mengakibatkan perekonomian melambat karena tidak ada insentif dari produsen, sehingga produksi barang dan jasa tidak bergairah," kata Herum dalam High Level Meeting TPID DIY di Bantul.

Pihaknya mencatat inflasi di DIY hingga Oktober 2023 mencapai 2,44 persen. Angka ini berada di atas invasi nasional yang tercatat di angka 1,80 persen.

Disampaikan Herum, ada beberapa komoditas yang menyumbang inflasi di DIY. Komoditas pendorong inflasi tersebut yakni bensin, beras, serta rokok baik itu kretek maupun filter.

Apabila diurutkan, kelompok yang mempengaruhi inflasi di DIY secara umum yakni makanan, minuman, dan tembakau. Kemudian, pakaian dan alas kaki, disusul oleh perumahan, air listrik, bahan bakar rumah tangga, serta perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga.

Setelah itu, ada kesehatan, transformasi informasi komunikasi, dan jasa keuangan. Termasuk rekreasi, olahraga dan budaya, pendidikan, penyediaan makanan dan minuman restoran, perawatan pribadi, dan jasa lainnya.

Lebih lanjut, ada tiga hal yang harus dilakukan terkait pengendalian inflasi yang lebih terukur dan berkesinambungan. Yakni, Indeks Pengembangan Harga Mingguan, Indeks Disparitas Harga Antar Wilayah Bulanan, dan koefisien variasi harga minuman. "Ketiganya ini menggunakan 20 komoditas terpilih sebagai variabel pengukur," ujar Herum.

Dijelaskan, komoditas terpilih itu yakni beras, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, gula pasir, bawang putih. Selain itu juga komoditas daging sapi, tepung terigu, udang, ikan kembung, mi instan, tempe, tahu, pisang, susu bubuk balita, susu bubuk, dan jeruk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement