REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk atau BCA berkomitmen akan selalu menjaga pertumbuhan kinerja demi meningkatkan pembagian dividen kepada pemegang saham. Desember mendatang, BCA akan membagikan dividen interim Rp 5,23 triliun.
"Seiring pertumbuhan kredit, dividen per share (DPS) selalu bertumbuh. Makanya kami selalu menjaga kinerja yang baik," kata Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim saat Pubex Live 2023, Rabu (29/11/2023).
Secara historis, Vera menuturkan, nilai dividen yang dibagikan Perseroan selalu meningkat setiap tahunnya. Untuk tahun buku 2022, BCA membagikan dividen Rp 205 per lembar saham, meningkat dari periode sebelumnya Rp 145 per lembar saham.
Vera mengakui dividen yang dibagikan BCA kepada pemegang saham sempat menurun pada 2020 yakni Rp 106 per saham dari tahun sebelumnya Rp 111 per saham. Menurut Vera, penurunan tersebut disebabkan kinerja perseroan yang terdampak pandemi Covid-19.
"Covid-19 ini sangat berpengaruh kepada kinerja, karena kalau kredit banyak macet pasti kinerjanya terpengaruh dan ini dialami oleh semua bank," ujar Vera.
Peningkatan juga selalu terjadi di sisi rasio pembayaran dividen. Pada 2022, dividen payout ratio (DPR) perseroan mencapai 62 persen, naik signifikan selama lima tahun terakhir dari 32,4 persen pada 2018 lalu.
Selain itu, return on equity (ROE) Perseroan juga konsisten meningkat. Per September 2023, BCA membukukan ROE sebesar 23,5 persen. "Bagi investor ini artinya setiap satu rupiah yang ditanamkan di BCA sebagai modal, imbal hasilnya 23,5 persen," ujar Vera.
Per September 2023, peningkatan total kredit BCA sebesar 12,3 persen secara tahunan (YoY). Kredit BCA tumbuh dua digit hampir di seluruh segmen. Kredit UKM menjadi segmen dengan pertumbuhan kredit tertinggi, yaitu naik 16,4 persen YoY menjadi Rp 104,8 triliun.
Sementara itu, kredit korporasi tumbuh 12,2 persen YoY mencapai Rp 343,5 triliun, dan kredit komersial naik 6,5 persen YoY mencapai Rp 121,0 triliun. Di segmen kredit konsumer, KPR tumbuh 11,5 persen YoY menjadi Rp 117,9 triliun, dan KKB naik 22,1 persen YoY menjadi Rp 53,5 triliun.