REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Nyamuk Wolbachia dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menekan angka penyebaran kasus demam berdarah dengue (DBD).
Di Jabar sendiri, berdasarkan informasi yang diterima ada sekitar 60 ribu telur nyamuk Wolbachia yang akan dikembangkan di Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jabar, dr Eka Mulyana, nyamuk Wolbachia ini bukan sesuatu hal yang baru di dunia kesehatan. Bahkan, pengembang nyamuk Wolbachia di Indonesia sudah ada sejak 10 tahun yang lalu.
"Ini sebetulnya teknologi inovasi bukan yang baru, karena dari 10 tahun yang lalu juga sudah diperkenalkan. Cuma penelitiannya memang terus berlangsung. Jadi (nyamuk Wolbachia) ini bukan hal baru. Tapi penelitiannya masih berlangsung terus, dan belum tuntas," ujar Eka, Rabu (29/11/2023).
Oleh karena itu, kata Eka, sampai saat ini nyamuk Wolbachia masih jadi perdebatan bagi para ilmuan di dunia kedokteran dikarenakan belum tuntasnya penelitian.
"Termasuk di Melbourne, Australia. Jadi kenapa masih diperdebatkan, karena belum tuntas betul penelitiannya sehingga dulu oleh Menkes 10 tahun yang lalu, memang belum dibolehkan dan kalau pun sekarang sudah dibolehkan oleh Pak Menkes, tentunya saja ini perlu monitoring yang ketat," katanya.
Karena, kata dia, dihindari dampak sampingannya, apakah lingkungan vektor ke nyamuk itu maupun ke manusia. Meski begitu, menurut Eka, pengembang nyamuk Wolbachia ini dapat digunakan sebagai penanggulangan DBD.
Tujuannya memang untuk penanganan penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) secara genetik. "Jadi nyamuk ke nyamuk, vektornya seperti itu. Memang metodenya ada dua, tapi salah satu disuntikkan ke nyamuknya," katanya.