REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melaksanakan paparan publik tahunan 2023 kepada para pemegang saham secara virtual, Rabu (29/11/2023). Vale diketahui sedang dalam proses divestasi saham sebesar 14 persen kepada MIND ID sebagai syarat untuk dapat memperpanjang operasionalnya di Indonesia sebagai penambang nikel.
Wakil Presiden Direktur Vale Indonesia Adriansyah Chaniago menyampaikan, Vale Indonesia menunjukkan kinerja produksi nikel sebesar 17.953 metrik ton pada kuartal III 2023 dan total produksi kuartal I-III mencapai 51.644 metrik ton. Adapun realisasi rata-rata harga nikel milik Vale hingga kuartal III 2023 sebesar 18.596 dolar AS per ton, atau mengalami penurunan enam persen bila dibandingkan periode sama tahun lalu.
Meski harga mengalami penurunan, perseroan berhasil mencatat peningkatan penjualan sebesar tujuh persen selama kuartal I-III 2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan itu didukung oleh peningkatan volume pengiriman nikel dalam matte di tahun berjalan.
“Dari sisi kinerja keuangan, perseroan membukukan laba sebesar 221,1 juta dolar AS hingga kuartal III 2023, naik bila dibandingkan dengan laba periode sama tahun lalu sebesar 168,4 juta dolar AS. Ini didukung oleh volume produksi dan penjualan yang lebih tinggi,” kata Adriansyah, Rabu (29/11/2023).
Adapun sepanjang kuartal I-III 2023, Vale Indonesia telah menginvestasikan belanja modal sebesar 182,7 juta dolar AS, meningkat dari periode sama tahun lalu sebesar 127,7 juta dolar AS.
“Peningkatan ini terutama dialokasikan untuk belanja modal keberlanjutan dan pertumbuhan. Meskipun terdapat pengeluaran yang lebih tinggi, perseroan tetap mampu mengelola kas secara hati-hati dan melaporkan saldo kas dan setara kas sebesar 768,4 juta dolar AS pada 30 September 2023,” ujarnya.
Direktur Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, mengatakan, perseroan masih optimistis dapat mencapai target produksi sebesar 70 ribu ton tahun ini. Soal tren harga yang menurun, ia mengatakan penurunan harga sebetulnya diikuti oleh turnnya biaya produksi. Hal itu menandakan akan adanya ekulibrium baru dalam pasar nikel dunia.
“Kita lihat harga nikel akan ada di level lebih rendah, tapi Vale akan siapkan strategi untuk mensiasati harga yang lebih rendah untuk tetap menjaga margin,” katanya.
Divestasi
Bernardus mengatakan, divestasi saham sebesar 14 persen menjadi milestone penting perusahaan untuk keberlangsungkan ke depan. Sebab, dengan terealisasinya divestasi, maka Vale Indonesia juga mendapat kejelasan hukum dan kepatuhan terhadap regulasi di Indonesia.
Seperti diketahui, Kontrak Karya (KK) Vale Indonesia akan berakhir pada 28 Desember 2025 mendatang. Vale harus mendivestasikan sahamnya hingga 51 persen ke Indonesia untuk bisa memperpanjang operasionalnya dengan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
Diketahui pula, selain kepemilikan saham RI lewat MIND ID sebesar 20 persen, Vale juga sudah melepas sahamnya ke publik melalui Bursa Efek Indonesia tahun 1990 lalu sebesar 20 persen. Dengan kata lain, total kepemilikan saham oleh Indonesia saat ini baru 40 persen.
Bernardus melanjutkan, ketiga pemegang saham mayoritas adalah pemegang saham yang kuat dan punya keunggulan masing-masing untuk mengembangkan bisnis Vale. Namun, pihaknya pun belum dapat menyampaikan berapa besar valuasi nilai saham yang akan ditawarkan untuk dilepas. Bernardus mengatakan proses due diligence sedang berlangsung dan terus dilakukan diskusi.