REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW -- Mahkamah Agung Rusia memutuskan aktivis LGBT harus ditetapkan sebagai ekstremis. Perwakilan komunitas transgender dan gay khawatir keputusan ini mengarah pada penangkapan dan persekusi.
Pengadilan mengumumkan telah menyetujui permintaan Kementerian Kehakiman Rusia untuk mengakui apa yang mereka sebut "gerakan internasional LGBT sosial" sebagai aktivis ekstremis dan melarang aktivitas-aktivitasnya.
Langkah ini bagian dari pola meningkatnya pembatasan ekspresi orientasi seksual dan identitas gender di Rusia. Termasuk undang-undang yang melarang promosi hubungan sosial "non-tradisional" dan melarang perubahan gender secara medis.
Sudah sejak lama Presiden Vladimir Putin yang diperkirakan akan segera mengumumkan akan maju lagi dalam pemilihan presiden untuk masa jabatan ke enam pada bulan Maret mendatang, mempromosikan citra Rusia sebagai penjaga nilai-nilai moral tradisional. Bertolak belakang dengan nilai-nilai Barat yang dekaden.
Dalam pidatonya tahun lalu ia mengatakan Barat dipersilahkan mengadopsi "tren yang menurut pandangan saya aneh, seperti puluhan gender, dan parade gay" tapi tidak memiliki hak untuk memaksakannya pada negara lain. Sebelum pengadilan mengumumkan keputusannya, juru bicara Putin, Dmitry Peskov mengatakan Kremlin "tidak mengikuti" kasus tersebut dan tidak memberikan komentar.
Pada Kamis (30/11/2023) Mahkamah Agung Rusia membutuhkan waktu selama lima jam untuk mengumumkan keputusannya. Setelah sesi pembukaan sekitar pukul 10.00 pagi. Proses persidangan tertutup bagi media, tapi wartawan diizinkan mendengarkan keputusan sidang.
Para aktivis LGBT melihat keputusan tersebut sebagai sesuatu yang tak terelakkan setelah permintaan kementerian kehakiman pada 17 November, yang mengatakan "berbagai tanda dan manifestasi dari orientasi ekstremis, termasuk hasutan perselisihan sosial dan agama" diidentifikasi dalam kegiatan gerakan LGBT di Rusia.
"Tentu saja ini sangat mengkhawatirkan, dan saya tidak ingat ancaman yang pernah begitu serius dan nyata," kata seorang aktivis LGBT di Sankt Peterburg Alexei Sergeyev awal bulan ini.
Rusia melarang lebih dari 100 kelompok yang dianggap "ekstremis". Daftar sebelumnya, misalnya gerakan keagamaan Saksi-Saksi Yehuwa dan organisasi-organisasi yang terkait dengan politisi oposisi Alexei Navalny.
Sergeyev mengatakan kegiatan seperti dukungan psikologis dan hukum, atau "pertemuan di mana Anda bisa duduk dan minum teh", akan dibubarkan, membuat banyak kelompok LGBT tidak mendapatkan dukungan.
"Mereka akan bunuh diri atau berada dalam kondisi yang buruk hidup mereka akan dipersingkat dan kesehatan mereka akan memburuk, mereka akan minum dan merokok lebih banyak, dan seterusnya, entah bagaimana mencoba melarikan diri dari kenyataan ini," katanya.