Jumat 01 Dec 2023 08:15 WIB

Guru Diharapkan Jadi Agen Pencegahan Kekerasan di Sekolah

Berdasarkan penelitian, paling banyak terpapar adalah anak muda berusia 13-32 tahun.

Guru (ilustrasi)
Foto: republika/mardiah
Guru (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALU — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) berharap para guru, khususnya di Sulawesi Tengah (Sulteng) menjadi agen pencegahan terorisme di lingkungan sekolah dan masyarakat. Keterlibatan para guru ini sangat penting karena anak muda atau siswa sekolah menjadi target utama kelompok terorisme untuk menyebarkan paham kekerasan.

"Kami berharap dengan kegiatan ini, para guru bisa menyampaikan pada murid dan orang terkasih kita. keluarga, grup WA, tetangga, sehingga nanti bapak ibu guru bisa jadi agen pencegahan radikal terorisme di lingkungan masyarakat. Bagaimanapun BNPT tidak mungkin memberikan sosialisasi kepada seluruh guru di Indonesia, dengan keterbatasan yang ada,” ujar Kasubdit Kontra Propaganda BNPT RI Kolonel Sus H Solihuddin Nasution, saat memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan Pendidikan Guru Dalam Rangka Pencegahan Radikal Terorisme di Satuan Pendidikan di Aula SMA 1 Palu, Rabu (22/11/2023).

Kegiatan itu diikuti 150 peserta guru dari SMA 1 Palu dan beberapa SMA dan MAN di Kota Palu. Hadir dalam kegiatan itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Palu, Dahlam Mohamad Saleh, dan Sekretaris Dinas Pendidikan Sulteng  Azrul Ahmad.

Untuk itulah, kata Kasubdit KP, kegiatan digelar untuk memberikan pemahaman kepada para guru agar mengetahui bagaimana kelompok teror memapar target. Tidak hanya masyarakat awam, bahkan seorang profesor, rektor, TNI, Polri, dan seluruh lapisan masyarakat bisa terpapar paham terorisme.

“Faktanya ada, guru bisa terpapar, murid bisa terpapar, makanya kami dari BNPT selalu berusaha mengajak seluruh elemen bangsa termasuk pendidikan untuk bersama memberikan pemahaman terutama kepada anak didik dan orang terdekat, bagaimana kelompok terorisme bisa menyasar semua orang,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, dari hasil penelitian yang paling banyak terpapar dari anak muda berusia 13-32. Untuk itu, kegiatan seperti ke depan akan lebih sering digelar sebagai upaya memberikan imunitas kepada anak didik dari paparan radikal terorisme. Dan kegiatan di SMA 1 Palu ini menjadi kegiatan perdana.

"Inilah tujuan digelar pelatihan guru. Hari ini pilot project kita. Tahun depan kita latihan seperti ini terutama di 10 wilayah yang indeks resiko terorisme tinggi yangn kita utamakan," tuturnya.

Menurutnya, dunia pendidikan harus melaksanakan fungsinya sesuai tugaas dan tupoksi masing-masing. Diamanakahkna uu yang wajib hukumnya kita laksanakan dan dilaporkan ke kemendikbud. Kemudian Mendikbut melaporkan ke Wakil Presiden (Wapres). Kegiatannya bisa yang sudah ada dan bukan membuat kegiatan baru. Dengan demikian diharapkan masyarakat kita bisa ikut dalam pencegahan terorisme.

Diharapkannya nanti masyarakat punya resiliensi, punya imunitas, ketia mereka mengetahui bagaiman terorisme memepar seorang, lewat apa termonologi keaagamaan agama mereka melakukan pendekatan dan memapar.

"Kami dari BNPT sangat berterima keasih pada bapak ibu dan semua pihak, terutama SMA 1 Palu , dimana sama-sama kita mengusung visi Sekolah Damai di Sulteng. Saya yakin ini jadi visi kita semua. Kami berharap seluruh level sekolah jadi Sekolah Damai yang bersih dari intoleransi, radikalisme, dan bullying," katanya.

Sekretaris Dina Pendidikan Sulteng Asrul Ahmad mengapresiasi kegiatan pelatihan ini. Menurutnya, ada tiga dosa besar dalam dunia pendidikan yaitu intoleransi, kekerasan termasuk kekerasan seksual, dan buli.

Ia berharap dengan kegiatan ini para guru bisa meningkatkan pemahamannya keterkaitan antara intoleransi dengan radikal terorisme dan bagaimana penyebaran terorisme itu masuk ke satuan pendidikan.

"Intinya bagaimana kita mampu mengimplementasikan visi dan misi apa itu buli, intoleran, kekerasan, kita tahu. Tapi ketika bicara implementasi tentunya butuh peran dan tanggung jawab serta perhatian sungguh-sungguh," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement