Jumat 01 Dec 2023 17:08 WIB

Hati-Hati, Selandia Baru Ungkap 2 Perempuan Meninggal Akibat Minum Pil KB

Kedua perempuan yang meninggal dunia itu mengalami kondisi pembekuan darah.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Selandia Baru merilis imbauan untuk lebih berhati-hati bagi perempuan yang menggunakan pil kontrasepsi alias pil KB dan dokter yang meresepkannya.
Foto: Dok www.freepik.com
Selandia Baru merilis imbauan untuk lebih berhati-hati bagi perempuan yang menggunakan pil kontrasepsi alias pil KB dan dokter yang meresepkannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selandia Baru merilis imbauan untuk lebih berhati-hati bagi perempuan yang menggunakan pil kontrasepsi alias pil KB dan dokter yang meresepkannya. Peringatan itu dikeluarkan setelah dua orang perempuan meninggal dunia setelah menggunakan pil kontrasepsi.

Petugas koroner Alex Ho, di Auckland, Selandia Baru, merilis temuan mengenai tragedi tersebut pekan ini. Para perempuan yang hendak mengonsumsi pil kontrasepsi kini harus menjalani konseling terlebih dahulu tentang risiko yang mungkin terjadi.

Baca Juga

Dikutip dari laman Daily Mail, Jumat(1/12/2023), kedua perempuan yang meninggal dunia itu mengalami kondisi pembekuan darah yang dikenal dengan nama tromboemboli vena. Salah satu dari perempuan tersebut bernama Georgia O'Neill yang berprofesi sebagai penata rias dan masih berusia 24 tahun.

Dia ditemukan tewas di kamarnya di Mount Roskill Auckland pada September 2021. O'Neill sebelumnya mengirim pesan kepada teman serumahnya dan ayahnya, mengatakan bahwa dia merasa tidak enak badan dan sakit di punggung bagian bawah hingga ke kaki kirinya.  

Ho menyampaikan, agaknya O'Neill tidak menyadari bahwa dia mengalami kondisi yang dikenal sebagai mutasi Faktor V Leiden. Istilah itu merujuk pada gangguan pembekuan darah yang diwariskan karena mutasi protein faktor V darah.

Masalahnya, jika pengidap kondisi itu meminum pil kontrasepsi, akan meningkatkan risiko trombosis vena dalam (DVT) atau emboli paru (PE) sebanyak 35 kali lipat. Perempuan yang tidak memiliki kondisi itu dan mengonsumsi pil kontrasepsi, risikonya tiga hingga empat kali lipat.

Perempuan kedua yang meninggal dunia adalah Isabella Rangiamohia Alexander yang masih berusia 17 tahun. Dia pingsan saat berjalan-jalan dengan ayahnya, lalu dilarikan ke Rumah Sakit Auckland, tetapi tidak tertolong. Gumpalan darah ditemukan di kaki dan paru-parunya.

Dalam rekomendasinya, Ho mengatakan semua perempuan yang menggunakan pil kontrasepsi kombinasi dan khususnya yang memiliki riwayat keluarga dengan tromboemboli vena harus waspada dalam memantau gejala tak biasa. Sebelum diberi resep pil kontrasepsi, para perempuan juga harus diberi informasi tentang risiko itu. 

Pada kasus DVT, gejalanya meliputi nyeri kaki di paha atau betis, bengkak, kulit terasa panas saat disentuh, dan terdapat perubahan warna atau guratan kemerahan. Sementara gejala PE antara lain sesak napas, napas cepat, nyeri dada di bawah tulang rusuk, pusing, dan pingsan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement