Jumat 01 Dec 2023 13:11 WIB

10 Konflik Berdarah Warisan Henry Kissinger, Timor Leste Termasuk

Semasa menjadi menlu AS Henry Kissinger memicu banyak konflik di dunia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
FILE -  Mantan menteri luar negeri AS Henry Kissinger.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
FILE - Mantan menteri luar negeri AS Henry Kissinger.

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Bagi sebagian orang, Henry Kissinger adalah tokoh penting dalam kebijakan luar negeri. Penyintas Holocaust yang membangun karier gemilang sebagai diplomat tertinggi Amerika Serikat (AS), dan penasihat keamanan nasional pada masa pemerintahan Presiden Richard Nixon dan Gerald Ford. Namun tidak lupa, dia pula sosok yang memicu banyak konflik di dunia selama menjalankan tugas-tugas tersebut.

Keputusan Kissinger diperkirakan menghasilkan tiga juta mayat tersebar di berbagai tempat mulai dari Argentina hingga Timor Timur atau kini dikenal dengan Timor Leste. Seperti yang pernah ditulis oleh mendiang penulis dan jurnalis Inggris Christopher Hitchens "Henry Kissinger harus disingkirkan oleh setiap orang baik dan harus dipermalukan, diasingkan, dan dikucilkan.”

Baca Juga

Berikut adalah 10 negara, wilayah, dan konflik yang diintervensi oleh Kissinger. Keputusannya meninggalkan warisan yang seringkali berlumuran darah dan dalam banyak kasus dikutip dari Aljazirah.

Vietnam

Kissinger memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian karena merundingkan gencatan senjata di Vietnam pada 1973. Namun perang itu mungkin benar-benar berakhir empat tahun sebelumnya jika dia tidak membiarkan rencana Nixon menghancurkan negosiasi perdamaian Presiden Lyndon B Johnson.

Pada 1969, Nixon terpilih sebagai presiden, dan Kissinger dipromosikan menjadi penasihat keamanan nasional. Perang berkepanjangan ini memakan korban jiwa jutaan warga Vietnam, Kamboja, dan Laos.

Kamboja

Ekspansi perang yang dilakukan Kissinger memicu terjadinya genosida pemerintahan Khmer Merah di Kamboja. Peristiwa merebut kekuasaan dari rezim militer yang didukung AS dan kemudian membunuh seperlima populasi atau sekitar dua juta orang.

Rakyat Kamboja telah jatuh ke tangan gerakan komunis akibat kampanye pengeboman oleh Kissinger dan Nixon, yang menewaskan ratusan ribu orang. Hingga saat ini, masih banyak orang yang meninggal karena senjata AS yang tidak diledakkan.

Bangladesh

Pada 1970, kaum nasionalis Bengali di wilayah yang saat itu dikenal sebagai Pakistan Timur memenangkan pemilu. Khawatir kehilangan kendali, pemerintah militer di Pakistan Barat melancarkan tindakan keras yang mematikan.

Kissinger dan Nixon berdiri teguh di belakang pembantaian tersebut, memilih untuk tidak memperingatkan para jenderal untuk menahan diri. Termotivasi oleh posisi Pakistan sebagai penyeimbang terhadap Cina dan India yang condong ke Uni Soviet, Kissinger tidak terpengaruh oleh pembunuhan 300 ribu hingga tiga juta orang. Terekam dalam rekaman rahasia, dia menyuarakan penghinaan terhadap orang-orang berdarah demi orang Bengali yang sekarat.

Cile

Nixon dan Kissinger tidak menyetujui Salvador Allende, seorang yang memproklamirkan diri sebagai Marxis. Dia terpilih secara demokratis sebagai presiden Cile pada 1970.

Selama tiga tahun berikutnya, mereka menginvestasikan jutaan dolar untuk mengobarkan kudeta. Kepala CIA saat itu William Colby mengatakan pada sidang rahasia Subkomite Khusus Angkatan Bersenjata untuk Intelijen di House of Representatives pada 1974, bahwa pemerintah AS telah menghabiskan 11 juta dolar AS untuk menggoyahkan pemerintahan Allende.

Kucuran dana itu termasuk 1,5 juta dolar AS yang disalurkan CIA ke surat kabar Santiago El Mercurio, yang menentang Allende. Agen CIA juga menjalin hubungan dengan militer Cile.

Pada 1973, Jenderal Augusto Pinochet berkuasa melalui kudeta militer. Selama 17 tahun pemerintahannya, lebih dari 3.000 orang dihilangkan atau dibunuh, dan puluhan ribu lawannya dipenjarakan.

“Kami tidak melakukannya. Maksudku, kita membantu mereka,” ujar Kissinger kepada Nixon.

Lebih dari tiga dekade setelah Pinochet akhirnya dipaksa keluar dari jabatannya, Cile masih bergulat dengan warisan mantan diktator yang didukung oleh AS.

Siprus

Sebagai rumah bagi penduduk Yunani dan Turki, Siprus telah mengalami kekerasan etnis sepanjang 1960-an. Pada 1974, setelah kudeta oleh pemerintahan militer yang berkuasa di Yunani, pasukan Turki masuk.

Kissinger secara efektif mendorong krisis antara dua sekutu NATO tersebut dan menasihati Presiden Ford yang baru dilantik untuk menenangkan Turki. “Taktik Turki benar, ambil apa yang mereka inginkan dan kemudian bernegosiasi berdasarkan penguasaan bola,” katanya.

Bersama dengan kudeta Yunani dan invasi Turki mengakibatkan ribuan korban jiwa di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement