REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Kelompok hak asasi manusia, Euro-Med Monitor menduga, kemungkinan Israel mencuri mayat-mayat dari fasilitas media Gaza, untuk potensi pengambilan organ ilegal.
Israel diduga telah mengambil mayat dari Kompleks Medis Al-Shifa dan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza utara, serta lokasi lain di selatan wilayah Palestina yang terkepung.
Pakar medis Gaza, telah menemukan bukti yang menunjukkan organ hilang dari beberapa mayat yang dikembalikan ke keluarga mereka, termasuk kornea dan organ lainnya.
“Pemeriksaan penuh terhadap mayat yang dilepaskan masih tidak mungkin dilakukan di tengah serangan udara ganas Israel dan masuknya pasien,” tambah mereka dilansir dari New Arab, Selasa (28/11/2023).
"Israel dianggap sebagai pusat terbesar untuk perdagangan global ilegal organ manusia," laporan Euro-Med menyatakan, mengacu pada penyelidikan CNN yang juga menunjukkan Israel terlibat dalam pencurian organ dari mayat orang Palestina yang gugur.
Organisasi yang berbasis di Jenewa juga menduga, Israel menjaga mayat-mayat itu dalam suhu beku (di bawah 40 derajat Celcius), mungkin untuk menyembunyikan pencurian organ.
Israel memiliki sejarah menjaga tubuh Palestina. Euro-Med mengatakan bahwa setidaknya 145 ditahan di kamar mayat, sekitar 255 di fasilitas rahasia 'Numbers Cemetery' di dekat perbatasan Yordania, sementara 75 lainnya masih hilang dan tidak teridentifikasi.
Beberapa mayat ini dikatakan disimpan di kuburan massal tersembunyi yang dikenal sebagai kuburan pejuang musuh di wilayah militer, hanya ditandai dengan pelat logam.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, harus mengubur sejumlah mayat orang Palestina tak dikenal di kuburan massal beberapa kali selama perang sembarangan Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 15 ribu orang Palestina hingga saat ini, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Dalam upaya untuk mengizinkan kerabat mereka mengidentifikasi mayat-mayat itu nanti, kepala kantor pers pemerintah, Salama Maarouf, mengatakan: "Kami telah mendokumentasikan semua mayat dan memotret semua tanda yang membedakan mereka sebelum menguburnya di kuburan massal."
Sementara itu, Israel melanjutkan operasi tempur melawan Hamas di Gaza pada hari Jumat (1/12/2023), setelah tentara pendudukan ini menuduh kelompok pejuang Palestina Hamas, menembakkan roket ke Israel dan mengingkari kesepakatan untuk membebaskan semua wanita yang disandera. Sementara Hamas menilai Israel lah yang melanggar kesepakatan gencatan senjata sementara.
Satu jam sebelum gencatan senjata berakhir pada pukul 07.00 pagi (05.00 GMT), Israel mengatakan bahwa mereka mencegat sebuah roket yang ditembakkan dari Gaza. Tidak ada komentar langsung dari Hamas atau klaim tanggung jawab atas peluncuran tersebut.
Baca Juga: Raksasa Bank Riba Yahudi-Jerman Rothschild yang Kuasai Dunia dan Isyarat Alquran
"Dengan kembalinya pertempuran, kami tegaskan, pemerintah Israel berkomitmen untuk mencapai tujuan perang - untuk membebaskan sandera kami, untuk menghabisi Hamas, dan untuk memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah menjadi ancaman bagi penduduk Israel," kata kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Hamas juga menjawab tantangan Israel. "Apa yang tidak dicapai Israel selama lima puluh hari sebelum gencatan senjata, tidak akan tercapai dengan melanjutkan agresinya setelah gencatan senjata," kata Ezzat El Rashq, anggota biro politik Hamas, dalam situs web kelompok itu.