REPUBLIKA.CO.ID, KHAN YOUNIS— Duduk di sebuah tenda di samping Rumah Sakit Nasr di Gaza selatan, 10 anggota keluarga al-Tarabish mereka adalah penyintas yang berhasil keluar dari RS Al Shifa saat pengepungan oleh Israel, kini mereka hidup di kamp pengungsi Khan Younis bertahan dengan makanan seadanya.
Anggota keluarga itu harus memakan, potongan-potongan roti tawar yang sudah berumur beberapa hari dan rempah-rempah kering yang disimpan di dalam kantong plastik. Nermin Abu al-Tarabish mengatakan ia merasa beruntung masih hidup, karena berhasil lolos dari pengeboman di sekitar Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza.
"Beberapa orang terpotong-potong, beberapa jatuh ke tanah, beberapa orang berteriak dan membuat keributan, dan saya berlari ketika orang-orang berlarian," katanya.
"Itu adalah hari yang tragis," katanya. "Saya tidak pernah mengalami kejadian seperti ini dalam hidup saya."
Ketika malam tiba, mobil ambulans berhenti di rumah sakit di Khan Younis, menurunkan korban luka akibat pemboman tanpa henti dari Israel. Petugas itu dikelilingi oleh keluarga yang putus asa - banyak yang terlihat tertegun ketika petugas medis berlari untuk menerima pasien baru.
Seorang wanita pingsan dalam kesedihan dan dibantu berdiri oleh para orang lain. Situasi itu terjadi ketika staf rumah sakit mengeluarkan jenazah yang terbungkus kain putih dari pintu masuk depan, yang ia kenali itu adalah salah satu anggota keluarganya.
Pertempuran antara pasukan Israel dan militan Palestina di sekitar rumah sakit terbesar di Gaza, telah mendorong ribuan orang mengungsi dari fasilitas medis yang luas itu. Namun ratusan pasien dan orang lain yang terlantar akibat perang tetap berada di dalam, kata para pejabat kesehatan, Senin.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa Rumah Sakit Shifa "harus dilindungi." Dan Biden menyerukan "tindakan oleh Israel yang tidak mengusik keberadaan RS Al Shifa.
RS Al Shifa telah tanpa listrik dan air selama tiga hari dan "tidak berfungsi sebagai rumah sakit lagi," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Ahad (26/11/2023) lalu. Dia mengatakan telah terjadi tembakan dan pengeboman di luar kompleks.
Pasien di sana termasuk puluhan bayi yang berisiko meninggal karena kurangnya listrik, kata pejabat kesehatan di fasilitas tersebut. Lebih dari dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza telah meninggalkan rumah mereka sejak perang dimulai.
Kota Gaza, wilayah perkotaan terbesar di wilayah tersebut, merupakan fokus kampanye Israel untuk menghancurkan Hamas setelah serangan mematikan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober lalu ke wilayah selatan Israel yang memicu perang.
Baca Juga: Raksasa Bank Riba Yahudi-Jerman Rothschild yang Kuasai Dunia dan Isyarat Alquran
Lebih dari 15 ribu warga Palestina, dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak di bawah umur, telah syahid sejak perang dimulai, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, yang tidak membedakan antara kematian warga sipil dan militan. Sekitar 2.700 orang dilaporkan hilang
Lebih dari 1.200 orang di Israel tewas, sebagian besar dari mereka dalam serangan Hamas, dan sekitar 240 sandera dibawa dari Israel ke Gaza oleh militan Palestina.