Jumat 01 Dec 2023 17:59 WIB

Holding Perkebunan Bentuk Sub Holding Palmco dan SupportingCo

PalmCo diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan.

Red: Budi Raharjo
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengumumkan penggabungan 13 perusahaan di bawahnya menjadi dua sub holding, yakni PalmCo dan SupportingCo.
Foto: Holding Perkebunan
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengumumkan penggabungan 13 perusahaan di bawahnya menjadi dua sub holding, yakni PalmCo dan SupportingCo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengumumkan penggabungan 13 perusahaan di bawahnya menjadi dua sub holding, yakni PalmCo dan SupportingCo. Subholding PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai surviving entity dan pemisahan tidak murni PTPN III ke dalam PTPN IV. 

Sedangkan Subholding SupportingCo dibentuk melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I. Pembentukan PalmCo dan SupportingCo merupakan implementasi dari Program Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian, khususnya di bidang ketahanan pangan dan energi.

Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, dalam arahannya menyampaikan merger PTPN Group merupakan salah satu skema yang dijalankan Kementerian BUMN. Salah satu tujuannya untuk efisiensi dan peningkatan berbagai indikator keuangan serta operasional perseroan.

“Tentunya, setelah penandatanganan ini akan ada integrasi sistem, HR, operasional, keuangan, dan sebagainya, yang kita usahakan bisa selesai dalam waktu enam bulan. Dan setelah itu kita harus kembali fokus ke tugas masing-masing,” ujar Tiko.

Lebih lanjut Tiko menyatakan aksi korporasi yang dilakukan PTPN Group adalah transformasi menyeluruh, termasuk transformasi dari sisi people. Dia menekankan agar ke depan, para pegawai, khususnya milenial, bisa menjadi pemain yang andal untuk mengelola perusahaan sawit.

“Jadi saya ingin transformasi dari sisi people-nya benar-benar terlihat. Bagaimana transformasi ini bisa menjadilkan PalmCo menjadi perusahaan sawit terdepan, bukan hanya dari on farm-nya, tapi juga off farm untuk bisa melakukan downstream, value creation, termasuk renewable energy yang sustainable,” ucap Tiko.

Menurut Tiko tantangan yang kerap muncul dalam merger sebuah perusahaan adalah terkait integrasi SDM. Namun, hal tersebut tidak menjadi kendala di PTPN Group karena mendapat dukungan dari serikat pekerja.

Ia berharap kekompakan ini terus dijaga sehingga tidak akan ada gejolak yang mengganggu kinerja perusahaan. PalmCo akan fokus meningkatkan hilirisasi produk-produk kelapa sawit. "Selanjutnya, untuk bidang energi seperti biogas, biodiesel sustainable efficient fuel, dan produk lainnya juga akan menjadi perhatian perusahaan,” ujar dia menambahkan.

PalmCo diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600 ribu hektare pada 2026, dan akan menjadi pemain utama industri sawit dunia. Sehingga, PTPN dipercaya mampu berkontribusi meningkatkan produksi CPO nasional dan minyak goreng dalam negeri. PTPN memperkirakan, produksi minyak gorengnya akan meningkat dari 460.000 ton per tahun pada 2021 menjadi 1,8 juta ton tahun (4 kali lipat) pada 2026.

Sedangkan, SupportingCo akan menjadi Perusahaan Pengelola Aset Perkebunan Unggul, yang mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset. Lalu pengelolaan tanaman perkebunan, diversifikasi usaha lainnya, serta green business yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani, mengatakan aksi korporasi restrukturisasi pembentukan Subholding PalmCo dan SupportingCo, menyusul terbentuknya SugarCo pada 2021 lalu. Hal ini merupakan upaya untuk terus tumbuh berkembang dan berkontribusi maksimal.

“Integrasi PTPN Group melalui pembentukan PalmCo dan SupportingCo merupakan wujud nyata strategi korporasi guna menghadapi persaingan global yang semakin ketat," ujarnya. 

"Integrasi ini memperkuat posisi perusahaan karena memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, di mana perusahaan didukung dengan pemanfaatan sumber daya lahan, sumber daya manusia, inovasi teknologi, serta digitalisasi yang unggul,” kata Ghani menambahkan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement