DIPLOMASI REPUBLIKA, DUBAI – Israel menyampaikan keinginannya ke negara-negara Arab sebagai bagian dari rencana masa depan Gaza. Keinginannya itu berupa buffer zone atau zona penyangga di sisi perbatasan Gaza.
Sebelumnya, seorang pejabat AS mengungkapkan, Israel telah mengembangkan ide zona penyangga di dalam Gaza tanpa memberitahukan kepada siapa pun. Namun, ia menegaskan Washington berkali-kali menentang rencana apa pun yang menyusutkan wilayah Palestina, hingga pasukan Israel mundur dari Gaza pada 2005.
Tujuan utama dari keinginan Israel sekarang ini guna mencegah serangan Hamas pada masa mendatang. Sejumlah sumber di Pemerintah Mesir dan beberapa negara Arab lainnya mengungkapkan, keinginan Israel itu merupakan bagian dari proposal yang hendak diwujudkan setelah perang dengan Hamas saat ini berakhir.
Menurut tiga sumber di kawasan, Israel menghubungkan rencananya itu ke negara tetangga terdekat, seperti Mesir dan Yordania. Selain itu, Israel juga menyampaikannya ke Uni Emirat Arab (UEA) yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada 2020 melalui Abraham Accord.
Mereka mengungkapkan pula, Arab Saudi diberi informasi mengenai rencana ini oleh Israel meski keduanya tak mempunyai hubungan diplomatik. Tak diketahui bagaimana proposal itu bisa sampai ke Riyadh. Negara lain yang mendapat informasi tersebut adalah Turki.
‘’Israel menginginkan zona penyangga antara Gaza dan Israel dari utara hingga selatan guna mencegah Hamas atau kelompok lainnya menyusup atau menyerang,’’ ujar seorang pejabat keamanan nasional, salah satu dari tiga sumber di atas, Jumat (1/12/2023).
Mesir, Saudi, Qatar, dan Turki belum memberikan respons ketika ditanya mengenai rencana Israel itu. Demikian pula dengan sejumlah pejabat Yordania. Seorang pejabat UEA tak merespons secara langsung ketika ditanya apakah Abu Dhabi ditanya mengenai zona penyangga ini.
‘’UEA akan mendukung rancangan apa pun pascaperang kelak jika memang disepakati berbagai pihak berkepentingan untuk mencapai stabilitas dan negara Palestina,’’ ujar pejabat tersebut.
Israel menjelaskan rancangan zona penyangga ini melalui Ophir Falk, penasihat luar negeri Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. "Rencana ini lebih detail dibandingkan itu, yang merujuk pada tiga tahapan proses,’’ katanya. Tiga tahapan itu adalah menghancurkan Hamas, demiliterisasi, dan deradikalisasi Gaza.
Falk menuturkan, zona penyangga kemungkinan menjadi bagian dari proses demiliterisasi. Namun, dia menolak menyampaikan detailnya ketika ditanya apakah rancangan itu telah dibicarakan dengan sekutu internasionalnya, termasuk negara-negara Arab.
Inisiatif Israel ini tak mengindikasikan berakhirnya serangan Israel yang kembali terjadi pada Jumat (1/12/2023) setelah sepekan gencatan senjata. Proposal itu menunjukkan Israel melibatkan para mediator negara Arab mengenai apa yang diinginkan setelah peperangan di Gaza.
Meski begitu, tak satu pun negara Arab menunjukkan keinginan untuk mengawasi atau mengelola Gaza pada masa depan. Mereka justru mengecam serangan Israel yang telah menyebabkan kematian 15 ribu warga Gaza dan membuat mereka mengungsi.
Yordania, Mesir, dan negara Arab lainnya menyampaikan kekhawatirannya Israel ingin mengeluarkan Gaza dari wilayah Palestina, seperti saat mereka membentuk negara dengan merampas tanah Palestina pada 1948.
Seorang pejabat senior keamanan Israel menuturkan, ide zona penyangga sedang dalam pengujian. Ia mengaku belum jelas mengetahui sejauh mana zona ini kelak diwujudkan, apakah 1 km atau 2 km di dalam wilayah Gaza atau jarak lebih pendek atau panjang.
Pengubahan batas wilayah di Gaza, yang memiliki panjang 40 km dan lebar antara 5 km dan 12 km, akan membuat warga Gaza yang berjumlah 2,3 juta menghuni wilayah yang lebih sempit lagi. Dua sumber keamanan Mesir menyinggung pula soal zona penyangga ini.
Mereka menyatakan, Israel menyampaikan ide zona penyangga saat pembicaraan mediasi dengan Mesir dan Qatar. Pembicaraan tersebut mengenai perlucutan senjata di Gaza utara dan membentuk zona penyangga di wilayah utara itu dengan pengawasan internasional.
Beberapa negara Arab, dijelaskan keduanya, menentang ide Israel ini. Selain negara Arab berpotensi besar menolak rintangan keamanan di antara kedua belah pihak, juga ada pertentangan mengenai lokasi dibuatnya zona penyangga. (han/reuters)