REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel menerbitkan peta 'genosida' untuk warga Palestina di Jalur Gaza. Peta yang disebut oleh militer Israel sebagai 'zona evakuasi' di Jalur Gaza ini diterbitkan saat mereka melanjutkan pertempuran dengan Hamas pada Jumat (1/12/2023), setelah gencatan senjata selama tujuh hari berakhir.
Peta yang dibuat oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ini diberi label dalam bahasa Arab dan dapat diperbesar di situs militer. Peta tersebut membagi Jalur Gaza, yang padat penduduk, sepanjang 25 mil menjadi ratusan sektor atau blok yang diberi nomor.
IDF mengatakan pemberian nomor tersebut dimaksudkan untuk memungkinkan warga melakukan evakuasi dari tempat tertentu demi keselamatan mereka jika diperlukan. Untuk memudahkan evakuasi, IDF mengirimkan pesan peringatan melalui layanan pesan singkat (SMS) kepada warga di beberapa daerah pada hari Jumat.
“IDF akan memulai serangan militer yang bisa menghancurkan wilayah tempat tinggal Anda dengan tujuan melenyapkan organisasi teroris Hamas,” demikian isi SMS tersebut seperti dikutip CBS News, Jumat (1/12/2023).
IDF juga memerintahkan orang-orang di sektor tersebut untuk mencari perlindungan dan menjauhi segala jenis aktivitas militer. Sekitar 10 menit setelah pesan dikirim, militer Israel mulai melancarkan serangan ke sektor tersebut. Namun, kondisi jaringan seluler di Jalur Gaza yang lambat membuat pengiriman SMS terkadang memakan waktu beberapa menit lebih lama.
Aljazirah melaporkan bahwa ketiadaan pasokan listrik serta layanan internet membuat warga sulit untuk mengakses peta tersebut. "Kami berada di rumah sakit dimana orang-orang bertanya kepada kami apakah kami dapat terhubung ke internet agar mereka dapat melihat peta ini (peta zona evakuasi, red)," ujar wartawan Aljazirah Hind Khoudary di Deir el-Balah, Gaza.
Pejabat Pelapor Khusus PBB Balakrishnan Rajagopal menyampaikan komentarnya dalam sebuah postingan di media sosial mengenai peta 'zona evakuasi' di Jalur Gaza yang dirilis oleh IDF. "Ini seperti permainan tembak kalkun. Dari pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil beralih menjadi pembunuhan terorganisir. Tidak ada internet atau listrik di Gaza selatan secara teratur. Bagaimana masyarakat memeriksa pesan SMS tentang serangan yang akan datang?," ujarnya melalui akun @adequatehousing.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan hampir 15.000 orang telah gugur di wilayah tersebut akibat serangan darat dan serangan udara balasan Israel, yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan.