REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Beberapa pemimpin dunia di KTT iklim PBB pada Jumat (1/12/2023), mengkritik Israel dan menyerukan agar perang di Gaza diakhiri. Pidato sejumlah pemimpin negara sebagian besar menyinggung tentang pengeboman Israel dan krisis kemanusiaan di Gaza.
“Saat membahas krisis iklim, kita tidak bisa mengabaikan krisis kemanusiaan yang terjadi di Wilayah Palestina,” kata Presiden Turki, Tayyip Erdogan, kepada para pemimpin negara dalam pidato resminya di konferensi COP28.
Erdogan mengatakan, situasi saat ini di Gaza merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. "Mereka yang bertanggung jawab harus dihukum berdasarkan hukum internasional," kata Erdogan.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, juga menyampaikan sentimen serupa. Afrika Selatan menyoroti tragedi kejam yang terjadi di Gaza.
"Perang melawan rakyat Palestina yang tidak bersalah adalah kejahatan perang yang harus diakhiri sekarang," kata Ramaphosa.
Sementara Raja Yordania, Abdullah II mengatakan, saat ini sulit untuk fokus pada isu pemanasan global saat pertempuran sedang berlangsung. “Konferensi para pihak tahun ini harus mengakui lebih dari sebelumnya bahwa kita tidak bisa membicarakan perubahan iklim jika kita terpisah dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di sekitar kita,” kata Abdullah II.
Sekelompok massa menggelar aksi unjuk rasa di konferensi iklim tersebut. Beberapa pengunjuk rasa mengenakan kemeja bertuliskan “gencatan senjata” dan meneriakkan “Bebaskan Palestina”. Di tempat lain di lokasi KTT, pengunjuk rasa memasang pajangan sepatu untuk mewakili ribuan orang yang terbunuh di Gaza.
Aksi protes kerap terjadi di konferensi iklim. Namun aksi protes jarang terjadi di Uni Emirat Arab (UEA) sebagai negara yang otokratis. UEA adalah negara tuan rumah COP28. Juru bicara COP28 mengatakan, UEA melindungi hak untuk melakukan protes sejalan dengan perjanjian internasional yang relevan.
“Hari ini sangat buruk. Kami akan mencoba meningkatkan kesadaran pada konferensi COP28 tentang perjuangan Palestina," kata Mohammed Ursof, seorang mahasiswa Palestina dari Gaza yang tinggal di Qatar dan menghadiri pertemuan puncak tersebut.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pada Jumat bertemu dengan pejabat dari negara-negara Arab dan membahas masa depan Jalur Gaza di sela-sela COP28. Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan, Blinken bertemu dengan para menteri luar negeri dari Qatar, UEA, Mesir, Yordania dan Bahrain, bersama dengan perwakilan Otoritas Palestina. Sementara kantor Perdana Menteri Inggris mengatakan, Rishi Sunak dan Emir Qatar, Sheikh Tamim Bin Hamad Al Thani membahas penyesalan mendalam atas gagalnya jeda sementara pertempuran di Gaza.
Presiden Israel, Isaac Herzog, juga hadir di COP28. Sehari sebelumnya Herzog bertemu dengan Presiden UEA Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan. UEA adalah salah satu dari sedikit negara Arab yang memiliki hubungan resmi dengan Israel. Namun Herzog tidak memberikan pidato yang dijadwalkan pada hari Jumat.
Wakil Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Israel, Oded Joseph, mengatakan, Israel tetap berniat membebaskan mereka yang disandera Hamas dan menghancurkan kelompok tersebut. Pengeboman dan invasi Israel ke Gaza telah membunuh lebih dari 15.000 warga Palestina. Serangan ini diluncurkan sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober yang diklaim Israel menewaskan 1.200 warga Israel dan orang asing.
Setelah jeda kemanusiaan berakhir pada Jumat, Israel kembali menggempur Gaza hingga menyebabkan ratusan nyawa warga sipil Palestina terenggut. Raja Bahrain Hamad Bin Isa Al Khalifa dan Presiden Irak, Abdul Latif Rashid, menyerukan diakhirinya perang.
Delegasi Iran meninggalkan KTT COP28 sebagai protes atas kehadiran Israel. Sementara Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengaitkan masalah lingkungan dengan perang tersebut.
“Jika Palestina bisa bebas hari ini maka besok umat manusia akan bisa keluar dari pergolakan krisis iklim dengan hidup,” kata Petro.