REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan rendang dan bumbu rendang menjadi produk unggulan dan potensial untuk diekspor Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) ke berbagai negara. Hal tersebut sekaligus memasifkan daerah itu sebagai kawasan halal lifestyle.
"Kita punya potensi untuk mengekspor rendang maupun bumbu rendang terutama ke negara-negara Timur Tengah atau negara-negara Arab," kata Deputi Gubernur BI Juda Agung di Padang, kemarin.
Hal tersebut disampaikan Juda Agung usai peresmian Masjid Raya Sumbar sebagai proyek percontohan kawasan gaya hidup halal.
Namun, untuk memasifkan ekspor rendang dan bumbu rendang, kredibilitas kehalalan produk tersebut menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan pemangku kepentingan. Saat ini BI memiliki langkah halal traceability yang dimulai dari pengolahan produk hingga barang siap untuk diekspor. Hal itu dilakukan untuk memberikan jaminan kehalalan kepada negara tujuan ekspor.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar Hansastri mengatakan secara umum banyak produk makanan maupun fesyen yang potensial untuk diekspor. "Sebetulnya banyak ya produk yang potensial. Tapi rendang menjadi unggulan Sumbar. Apalagi kuliner ini pernah dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia," kata Hansastri.
Kendati telah diakui dunia, Hansastri menegaskan garansi halal makanan khas dari Ranah Minang tersebut harus tetap diperhatikan. Jaminan itu diwujudkan melalui program sertifikasi halal yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang.
Sebagai bentuk komitmen mewujudkan Sumbar proyek percontohan kawasan halal lifestyle, pemerintah provinsi setempat telah menjalankan program juru sembelih halal (juleha). "Jadi dipastikan bahwa ternak yang disembelih sebagai bahan baku utama rendang itu sudah halal," kata dia menegaskan.
Ia menambahkan sejak 2022 Provinsi Sumbar telah berhasil mengekspor rendang ke Arab Saudi dan Denmark. Ke depan pemerintah daerah bertekad memperluas pasar kuliner tersebut ke negara-negara lainnya.