Senin 04 Dec 2023 14:01 WIB

Kondisi Terkini Pendakian Marapi, 12 Pendaki Masih dalam Pencarian

Sebanyak 11 pendaki ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus raharjo
Gunung Marapi yang mengeluarkan abu vulkanik terlihat dari Nagari Batu Palano, Agam, Sumatera Barat, Senin (4/12/2023). Gunung dengan ketinggian 2.891 mdpl itu mengalami beberapa kali erupsi dan embusan sejak Ahad (3/12/2023) dengan status berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yakni waspada level II.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Gunung Marapi yang mengeluarkan abu vulkanik terlihat dari Nagari Batu Palano, Agam, Sumatera Barat, Senin (4/12/2023). Gunung dengan ketinggian 2.891 mdpl itu mengalami beberapa kali erupsi dan embusan sejak Ahad (3/12/2023) dengan status berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yakni waspada level II.

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI--Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Padang mendata sebanyak 11 orang pendaki dinyatakan meninggal dunia saat erupsi Gunung Marapi. Erupsi ini terjadi pada Ahad (3/12/2023) sekitar pukul 14.54 WIB.

“11 orang dalam keadaan meninggal dunia. Yang meninggal sedang dalam proses evakuasi,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolomgan Padang, Abdul Malik, Senin (4/12/2023).

Baca Juga

 

Hingga pukul 07.10 WIB, kata Abdul Malik, pendaki yang telah ditemukan 14 orang dari 26 pendaki yang belum turun sejak kemarin. Dari 14 orang, tiga pendaki ditemukan selamat, 11 orang dalam kondisi meninggal dunia.

 

Abdul Malik menyebutkan, untuk 12 orang pendaki lainya masih dicari. Proses evakuasi terus dilakukan tim gabungan. “Jumlah pendaki ini 75 orang. (Ada) 49 orang sudah dievakuasi dan dipulangkan kembali ke rumah,” ucap Abdul.

Erupsi Gunung Marapi ini melontarkan abu vulkanik mencapai ketinggian 3.000 meter atau 1 kilometer. Erupsi telah mengakibatkan hujan abu dan material kerikil di sekitar Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam.

 

Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi Sumbar mencatat, Gunung Marapi meletus sebanyak 36 kali sepanjang Ahad (3/12/2023) kemarin. Secara umum letusan itu tidak teramati secara visual, karena tertutup kabut. Secara visual letusan hanya terlihat pada letusan pertama pada pukul 14.54 WIB dengan kolom abu mencapai 3 kilometer.

Letusan pertama itu tercatat beramplitudo 30 milimeter dengan durasi 281 detik. Setelah itu, amplitudo letusan cenderung menurun, sementara durasinya juga bervariasi. Letusan itu juga berdampak pada hujan abu dan hujan pasir hingga radius 13 kilometer, serta hujan kerikil radius 6 kilometer dari kawah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement