REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Seorang gadis berusia 13 tahun bernama Alma terjebak di bawah reruntuhan bangunan berlantai lima bersama keluarganya di Gaza. Tim penyelamat sedang melakukan penyisiran setelah pengeboman Israel dan mereka mendengar suara Alma yang masih hidup.
"Kamu sama siapa Alma?" ujar seorang pria yang bertanya kepada Alma dari luar reruntuhan.
"Saudara kandung saya, orang tua saya, dan kakek nenek saya," kata Alma.
Pria yang merupakan bagian dari tim penyelamat itu kemudian bertanya kepada Alma apakah dia dan keluarganya masih hidup. Alma kemudian mengatakan, semua keluarganya masih hidup dan terjebak di bawah reruntuhan.
Alma kemudian mengatakan kepada pria tersebut agar menyelamatkan saudara kandung, orang tua, dan kakek neneknya terlebih dahulu, sebelum menyelamatkan dirinya.
"Tolong selamatkan orang tua, kakek nenek, dan saudara saya, baru kemudian selamatkan saya," ujar Alma, dalam video yang beredar di media sosial.
Alma mengatakan, dia bersama ayahnya, saudara perempuannya, Rehab, dan adik laki-lakinya, Tarzan yang berusia satu tahun. Alma kemudian memohon kepada tim penyelamat untuk menyelamatkan adik kecilnya itu.
"Tolong selamatkan adik saya," kata Alma.
Seorang pria yang berada di luar reruntuhan itu, kemudian menyorotkan lampu senter ke arah reruntuhan. Alma mengatakan, dia dapat melihat cahaya senter tersebut. Pria itu mengatakan bahwa dia akan mengeluarkan Alma dari reruntuhan secepatnya.
"Saya akan menyelamatkan kamu, Alma," ujar pria itu.
"Tolong cepat keluarkan saya dari reruntuhan, saya ingin bertemu adik saya, saya merindukan mereka," kata Alma.
Tak lama kemudian, tim penyelamat berhasil mengeluarkan Alma dari balik reruntuhan. Seluruh tubuh Alma tertutup debu bangunan. Tim penyelamat kemudian bertanya kepada Alma di mana posisi orang tua, kedua adiknya, dan kakek neneknya.
"Adik saya ada di sini, ibu saya ada di sana," ujar Alma menunjuk ke reruntuhan bangunan di dekatnya.
🇵🇸🇮🇱 A 13-year-old girl was stuck in the rubble and yelled:
"Help my parents, my siblings and my grandparents first!
And then help me!
Help me last.
I don't want to be first."
Israeli terrorists did this. pic.twitter.com/vL8CXI2Fcu
— Censored Men (@CensoredMen) December 4, 2023
Israel memperluas serangannya di Jalur Gaza pada Senin (4/12/2023) ketika kekhawatiran internasional semakin mendalam atas meningkatnya jumlah korban warga sipil Palestina di Gaza. Kembalinya peperangan terbuka setelah berakhirnya gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah menimbulkan efek riak di seluruh wilayah dan memicu konflik yang lebih luas.
Israel berjanji untuk menyerang Gaza selatan dengan kekuatan penuh. Warga mengatakan, militer menjatuhkan selebaran yang menyebut Khan Younis sebagai zona pertempuran berbahaya dan memerintahkan mereka untuk pindah ke kota perbatasan Rafah atau daerah pesisir di barat daya.
Halima Abdel-Rahman, seorang janda dan ibu dari empat anak, mengatakan kepada The Associated Press bahwa dia tidak lagi mengikuti perintah tersebut. Dia meninggalkan rumahnya pada Oktober ke daerah di luar Khan Younis, tempat dia tinggal bersama kerabatnya.
“Penjajah menyuruh Anda pergi ke daerah ini, lalu mereka mengebomnya. Kenyataannya adalah tidak ada tempat yang aman di Gaza. Mereka membunuh orang-orang di utara. Mereka membunuh orang-orang di selatan," ujar Abdel-Rahman.
Sejak berakhirnya gencatan senjata pada Jumat (1/12/2023), pasukan Israel telah maju ke Gaza dan melancarkan puluhan serangan udara di wilayah Palestina tersebut. Sebagai imbalannya, pejuang Gaza menembakkan roket ke arah Israel, yang sebagian besar berhasil dicegat.
Selama akhir pekan, serangan udara Israel di Gaza utara menimbulkan awan asap dan debu tebal ke langit. Serangan udara Israel menghantam pintu masuk rumah sakit Kamal Adwan di utara wilayah tersebut pada Ahad (3/12/2023) malam. Kantor berita Wafa melaporkan, beberapa orang meninggal dunia dalam serangan itu.
Hamas menuduh Israel melakukan pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan. Sementara Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit dan infrastruktur sipil lainnya untuk tujuan militer.
Namun tuduhan ini dibantah oleh Hamas. Kelompok hak asasi manusia internasional menyebut pengeboman Israel sebagai kejahatan perang karena merupakan bentuk hukuman kolektif.
“IDF (Pasukan Pertahanan Israel) terus memperluas operasi daratnya melawan front utama Hamas di Jalur Gaza. Di mana pun ada kubu Hamas, IDF beroperasi,” kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari pada Ahad (3/12/2023), dilaporkan Alarabiya.