REPUBLIKA.CO.ID, LONDON— Harga minyak melanjutkan penurunannya pada Senin (4/12/2023), tertekan oleh skeptisisme investor terhadap keputusan terbaru OPEC+ mengenai pengurangan pasokan dan ketidakpastian seputar permintaan bahan bakar global. Meskipun risiko gangguan pasokan akibat konflik Timur Tengah membatasi kerugian.
Seperti dilansir dari laman Reuters, Senin (4/12/2023) penurunan yang terjadi menambah penurunan sebesar dua persen pada pekan lalu setelah pengurangan pasokan diumumkan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+.
Minyak mentah berjangka Brent turun 1,10, dolar AS atau 1,4 persen, menjadi 77,78 dolar AS per barel pada pukul 09.21 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 1,09, dolar AS atau 1,5 persen menjadi 72,98 dolar AS.
“Minyak mentah tampaknya terus berada di bawah tekanan akibat keputusan OPEC+,” kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.
Pemotongan produksi OPEC+ bersifat sukarela, sehingga menimbulkan keraguan apakah produsen akan menerapkannya sepenuhnya atau tidak. Investor juga tidak yakin mengenai bagaimana pemotongan tersebut akan diukur.
Aktivitas manufaktur global yang lesu juga membebani harga. Data terbaru menyiratkan hambatan ekonomi yang kuat yang memperkuat kekhawatiran terhadap pertumbuhan permintaan minyak.
Baca juga: Heboh Wolbachia, Ini Tafsir dan Rahasia Nyamuk yang Diabadikan Alquran Surat Al-Baqarah
Pertimbangan geopolitik kembali menjadi fokus ketika pertempuran kembali terjadi di Gaza. Tiga kapal komersial diserang di perairan internasional di Laut Merah bagian selatan, kata militer Amerika Serikat pada Ahad.
Di tempat lain, negara-negara Barat telah meningkatkan upaya untuk menerapkan batasan harga 60 dolar AS per barel pada pengiriman minyak Rusia melalui laut yang diberlakukan untuk menghukum Moskow atas perangnya di Ukraina.