REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir angkat suara mengenai rencana merger atau penggabungan PT Angkasa Pura I dan PT Angksa Pura II. Erick membeberkan alasan di balik rencana merger dua BUMN pengelola bandara tersebut.
"Tahun ini sudah ada penjajakan awal," ujar Erick saat rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/12/2023).
Erick menyampaikan industri pengelolaan bandara di dunia telah mengalami perubahan. Erick tak ingin pengelolaan bandara Indonesia masih terpaku pada aspek tampilan semata.
"Kadang-kadang kita terjebak visual luarnya, gedungnya bagus," ucap Erick.
Padahal, ucap Erick, banyak bandara terbaik dunia yang secara visual tampak biasa saja jika dilihat dari luar area. Namun, lanjut Erick, bandara-bandara tersebut justru memiliki fasilitas yang sangat baik pada area dalam bandara.
"Banyak yang gedungnya kalau dari luar ini biasa saja, tapi di dalamnya justru harus bagus dan nyaman, itu kenapa bandara Turki dapat penghargaan bandara terbaik pada 2022," sambung Erick.
Erick mengatakan konsolidasi AP I dan AP II pun salah satunya untuk fokus dalam meningkatkan sektor pariwisata. Erick ingin memetakan ulang model dan fasilitas bandara-bandara di Indonesia.
"Kita akan coba petakan ulang membangun bandara tujuan wisata seperti bali yang juga sudah berubah, Jakarta (Soekano-Hatta) belum berubah, padahal trafiknya tinggi," lanjut Erick.
Erick ingin menyesuaikan pengembangan bandara dengan target pasar. Erick menyebut tidak semua bandara harus seperti Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali atau Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Banten.
"Beberapa (bandara) daerah tidak perlu seperti Bali dan Jakarta karena hanya fasilitas pendukung. Tidak perlu mewah mewah sehingga jadi investasi bandara ini sizeable dan sesuai target market," kata Erick.