REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Barat (Jabar) menyambut baik program Jabar Migrant Service Center (JMSC), yang diinisiasi oleh Deutsche Gesellscahft fűr Internationale Zusammenarbeit Gmbh (GIZ) Jerman. Pasalnya, program ini bisa meningkatkan perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Jabar.
GIZ yang merupakan badan usaha milik pemerintah Jerman yang fokus pada kerja sama internasional untuk pembangunan berkelanjutan, berkeinginan membangun JMSC sebagai wadah perlindungan PMI. Sekaligus membuka peluang kerja di Jerman.
Menurut Kepala Disnakertrans Jabar Teppy Wawan Dharmawan, Jerman memiliki kepercayaan yang cukup tinggi pada Indonesia khususnya Jabar. Hal itu, seiring dengan kiprah BJ Habibie saat di Jerman dan hadirnya PT Dirgantara Indonesia di Kota Bandung.
"Tadi diceritakan, Jerman punya riwayat baik. Disebut BJ Habibie, itu memberi kesan yang cukup mendalam pada WNI. Sekarang buat kita, untuk dorong apa yang kita harapkan dan siapa yang bisa kesana," ujar Teppy usai rapat bersama GIZ di Kantor Disnakertrans Jabar, Kota Bandung, Senin (4/11/2023).
Teppy mengatakan, dukungan GIZ telah dilakukan sejak 2020 lalu. Sampai akhirnya, kini sudah terbentuk 14 fungsi Lembaga Terpadu Satu Atap (LTSA) yang kini jadi LTSA PMI untuk menyediakan layanan terintegrasi seperti pelayanan kesehatan, pendidikan dan perlindungan hukum. Sehingga, PMI dapat memperoleh hak mereka secara mudah dan ringkas.
Selain membangun LTSA PMI, kata dia, GIZ Jerman akan memfasilitasi tim dari Disnakertrans Jabar. Yakni, sekitar lima orang, untuk mendapatkan pelatihan guna menggenjot kapabilitas dalam pengelolaan sistem di Filipina.
"Alhamdulillah kita bisa mulai kembali, melanjutkan kerja sama yang sebelumnya sudah dilakukan. Bagaimana kita memberikan perlindungan dan memfasilitasi pekerja migran," katanya.
Menurutnya, Jerman sendiri ada dalam posisi membutuhkan tenaga kerja dan perencanaan, mengembangkan Si Ju (Sistem Informasi Jaringan Warga Jawa Barat Sejahtera).
Selain itu, kata Teppy, pihaknya juga akan melakukan lobby guna mendorong peluang agar ada PMI asal Jabar bisa bekerja di Jerman, sesuai standardisasi yang dibutuhkan. Sebab, dalam pertemuan bersama GIZ tersebut, ada sejumlah lini yang tengah mereka butuhkan salah satunya adalah perawat.
"Memang akan menuju ke arah mempersiapkan. Kita punya masalah dengan TPT (tingkat pengangguran terbuka). Saya langsung memposisikan, apa yang harus kita persiapkan," katanya.