REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Astronot yang kembali dari luar angkasa sering kali membawa kisah unik, misalnya bau tak terduga yang tercium setelah melepas helm mereka. Aroma ini telah dijelaskan sebagai mirip dengan steak gosong, bubuk mesiu, bahkan ozon. Namun, dari mana bau tersebut berasal?
Menurut ahli astrofisika diUniversity Bar-Ilan di Israel, Ofek Birnholtz, atmosfer luar angkasa adalah ruang hampa yang hampir sempurna. Astronot melindungi diri mereka dengan pesawat ruang angkasa, pakaian luar angkasa, dan stasiun luar angkasa, karena paparan langsung dapat membunuh mereka.
Astronot NASA, Dominic "Tony" Antonelli menyatakan bahwa luar angkasa memiliki bau yang berbeda, terkadang dia menjelaskan aroma logam panas, daging terbakar, kue terbakar, bubuk mesiu bekas, dan pengelasan logam. "Luar angkasa memiliki bau yang berbeda dari apa pun," kata Antonelli, dilansir Live Science, Selasa (5/12/2023).
Ahli biokimia dan CEO Omega Ingredients, Steve Pearce telah menyisir wawancara astronot untuk menggambarkan aroma ini, sehingga membantu NASA membuat aroma luar angkasa. Meskipun ruang angkasa sebagian besar kosong, bukan berarti ruang tersebut hampa.
Sinar ultraviolet matahari dapat memecah molekul oksigen, sehingga menyebabkan reaksi kimia yang mungkin menciptakan bau tersebut, termasuk pembentukan ozon. Pengontrol penerbangan luar angkasa di Johnson Space Center NASA, Miranda Nelson mengusulkan bahwa bau tersebut mungkin terkait dengan oksigen yang beredar di sekitar Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Teori lain menghubungkannya dengan ledakan bintang yang menghasilkan molekul berbau seperti hidrokarbon aromatik polisiklik. NASA bahkan menugaskan Pearce untuk menciptakan aroma yang meniru bau luar angkasa, yang kemudian menjadi dasar untuk parfum bernama Eau de Space yang diluncurkan pada 2020. Meskipun realisme aroma ini sulit diukur, penelitian ini memberikan informasi menarik tentang dunia unik di luar angkasa.