Selasa 05 Dec 2023 16:27 WIB

Warga Jepang Khawatir Potensi Gelombang Pengungsi Bila Cina Serang Taiwan

Penduduk Yonaguni, Jepang meramalkan krisis pengungsi

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
bendera Jepang, Cina, Korea
Foto: futureatlas.com
bendera Jepang, Cina, Korea

REPUBLIKA.CO.ID, YONAGUNI -- Sonkichi Sakihara masih ingat bagaimana pengungsi terakhir tiba di Yonaguni. Pada tahun 1977 empat orang pria tiba di pulau berpenghuni di ujung barat Jepang itu setelah berlayar sejauh lebih dari 2.000 kilometer dari Vietnam.

“Saya sedang keluar untuk memeriksa penumpang gelap dari Taiwan ketika saya menemukan mereka," kata Sakihara yang kini berusia 80 tahun, Senin (4/12/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan menemukan para pengungsi itu di dekat toko keluarganya di dekat pelabuhan. Empat orang itu merupakan bagian 113 orang Vietnam yang melakukan perjalanan keluar dari negara mereka setelah perang berakhir.

Saat ini, beberapa penduduk Yonaguni meramalkan krisis pengungsi lain. Warga setempat mengatakan pulau mereka yang terisolasi dan populasinya yang kurang dari 1.700 orang tidak akan mampu menanganinya.

Taiwan yang terkadang dapat dilihat dari Yonaguni hanya terletak hanya 110 kilometer dari pulau itu. Cina mengklaim pulau yang dikelola pemerintah demokratis itu bagian dari wilayahnya. Pulau dengan populasi 24 juta tersebut sudah menghadapi berbagai ancaman dari Beijing mulai dari simulasi serangan rudal dan berbagai pertunjukan kekuatan lainnya.

Kekhawatiran potensi konflik mendorong Jepang menaikan anggaran pertahanannya ke tingkat tertinggi sejak Perang Dunia II. Namun anggaran sebesar 290 miliar dolar AS tidak menyertakan persiapan bagi Yonaguni untuk menghadapi kemungkinan krisis kemanusiaan.

Sakihara mengatakan pulau itu dapat kewalahan menerima gelombang pengungsi. Lebih dari dua lusin pejabat dan mantan pejabat serta warga setempat mengatakan akan terdapat ratusan bila tidak ribuan orang yang akan tiba di Yonaguni bila Cina menyerang Taiwan.

Tokyo mengatakan mereka tidak memiliki rencana untuk menghadapi kemungkinan gelombang pengungsi dan permintaan warga meminta bantuan pemerintah belum dijawab. "Mulut mereka seperti dilakban," kata walikota Yonaguni, Kenichi Itokazu, merujuk pada pemerintah pusat.

Pada papan pengumuman di balai kotanya terdapat daftar topan dan krisis lainnya yang pernah melanda pulau tersebut, termasuk kedatangan orang Vietnam.

Itokazu mengatakan ia sudah meminta bantuan secara langsung kepada Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno saat ia datang ke Yonaguni pada bulan Juli lalu. Namun tidak mendapat tanggapan.

Beberapa pejabat AS mengatakan Cina mungkin siap menginvasi Taiwan pada tahun 2027. Bulan lalu  Pemimpin Cina Xi Jinping mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden  tidak ada rencana seperti itu, tetapi menjelang pemilihan presiden Taiwan pada 13 Januari mendatang ia meningkatkan tekanan pada pulau itu.

Wakil Presiden Lai Ching-te yang Beijing anggap sebagai separatis diperkirakan akan menang. Kementerian Luar Negeri Taiwan menolak untuk menjawab pertanyaan apakah mereka mendiskusikan rencana kontinjensi kemanusiaan dengan Jepang, namun mengatakan Taipei tidak akan bertindak gegabah atau tunduk pada paksaan Cina.

Seorang juru bicara Sekretariat Kabinet Jepang mengatakan "jika sejumlah besar pengungsi datang ke Jepang, departemen-departemen pemerintah yang relevan akan bekerja sama untuk meresponnya".

Ia menolak memberikan komentar apakah ada rencana khusus untuk Yonaguni. Ia mengatakan ia tidak tahu apakah walikota pulau itu meminta bantuan Matsuno secara langsung.

Pemerintah Jepang tidak pernah menyebutkan secara terbuka soal skenario pengungsi...

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement