REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisioner Urusan Domestik Uni Eropa Ylva Johansson mengatakan Uni Eropa menghadapi "risiko serangan teroris" selama periode liburan Natal sebagai dampak perang antara Israel dan Hamas.
Peringatan ini disampaikan setelah penyidik Prancis menyelidiki serangan mematikan di dekat Menara Eiffel di Paris. Muncul pertanyaan tentang kejiwaan pelaku yang berbaiat ke ISIS sebelum menikam turis Jerman hingga tewas dan melukai dua orang lainnya dengan palu.
"Perang antara Israel dan Hamas, dan polarisasi yang disebabkannya pada masyarakat kami, menjelang musim liburan, terdapat risiko besar serangan teror di Uni Eropa," kata Johansson, Selasa (5/12/2023).
"Kami melihat (apa yang terjadi) di Paris baru-baru ini, sayangnya kami sudah melihat sebelumnya," tambah Johansson.
Hal ini ia sampaikan saat menteri dalam negeri negara anggota Uni Eropa berkumpul di Brussels. Ia tidak mengungkapkan detail informasi yang mengarah pada peringatannya. Kantornya juga belum menanggapi permintaan detail.
Johansson yang memberikan pengarahan mengenai keamanan dan imigrasi mengatakan Komisi Eropa akan menyediakan 30 juta euro untuk meningkatkan keamanan di daerah-daerah rentan terutama tempat ibadah.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser menyampaikan duka cita ke Prancis atas serangan tersebut. "(Hal ini menyoroti) betapa akut dan seriusnya ancaman yang ditimbulkan teroris Islam saat ini pada Uni Eropa," kata Faeser.
"Perang di Gaza dan teror Hamas memperburuk situasi ini," katanya.