REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Alquran memberikan isyarat tentang kehidupan di luar angkasa. Ini tergambar dalam sejumlah ayat, salah satunya adalah surat Al-Isra ayat 44.
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِههِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًاا
Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Mahapenyantun lagi Mahapengampun.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa tiada suatu makhluk pun melainkan bertasbih dengan memuji nama Allah SWT. Yakni kalian, hai manusia, tidak mengerti tasbih mereka, karena mereka mempunyai bahasa yang berbeda dengan bahasa kalian.
Pengertian ayat ini mencakup keseluruhan makhluk, termasuk hewan, benda-benda padat, dan tumbuh-tumbuhan.
Demikianlah menurut pendapat yang terkenal di antara dua pendapat yang ada. Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui Ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Kami mendengar tasbih makan¬an ketika sedang disantap."
Di dalam hadits Abu Zar radhiyallahu anhu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam pernah mengambil beberapa batu kerikil dan dipegangnya, maka beliau mendengar suara tasbih batu-batu kerikil itu mirip dengan suara rintihan pohon kurma. Hal yang sama pernah terjadi di tangan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan.
Sedangkan dalam Tafsir Kemenag dijelaskan Allah SWT menjelaskan betapa luasnya kerajaan-Nya dan betapa tinggi kekuasaan-Nya. Langit yang tujuh, bumi, dan semua makhluk yang ada di dalamnya bertasbih dan mengagungkan asma-Nya, serta menyaksikan bukti-bukti keesaan-Nya. Tidak ada satu makhluk pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya.
Siapapun yang mau memperhatikan makhluk atau benda yang ada di sekelilingnya, tentu akan mengetahui bahwa baik makhluk hidup ataupun benda-benda mati seluruhnya tunduk dan takluk pada ketetapan atau ketentuan Allah SWt yang tidak bisa dihindari.
Para ulama ahli ilmu kalam mengatakan bahwa Allah SWT, Pencipta alam, adalah wajibul wujūd (wajib ada-Nya), sedang makhluk-makhluk disebut mumkinat al-wujud (yang mungkin adanya). Al-Mumkinat ini dibagi menjadi berakal dan yang tidak berakal.
Baca juga: Heboh Wolbachia, Ini Tafsir dan Rahasia Nyamuk yang Diabadikan Alquran Surat Al-Baqarah
Makhluk yang berakal mengakui keesaan Allah SWT karena mereka dapat memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang ada di langit, di bumi, dan pada semua benda-benda yang ada pada keduanya.
Oleh karena itu, bibir manusia yang beriman selalu bertasbih memuji Allah SWT. Sedang makhluk yang tidak berakal tunduk kepada aḥkām kauniyyah (yaitu hukum-hukum alam yang diciptakan Allah yang berlaku terhadap benda-benda alam itu).
Mereka bertasbih memuji Allah SWT...