REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Rasulullah SAW adalah sosok yang moderat dalam segala aspek kehidupannya, termasuk ketika beliau bercanda, tertawa, dan menikmati hiburan atau seni.
Mengutip buku Moderasi Beragama karya Muchlis M Hanafi dijelaskan Rasulullah SAW menyelaraskan keseimbangan antara tuntutan pribadi dan tugas dakwahnya.
Begitu pula, beliau selalu menjaga keseimbangan antara keseriusan dalam beribadah, tuntutan biologis dengan beristirahat, dan tuntutan psikologisnya dengan menikmati kesenangan duniawi. Tugas dakwah membutuhkan keseriusan karena Alquran bukanlah senda gurau.
وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ “Dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau.” (QS at-Tariq ayat 14).
Namun, tidak berarti selamanya Rasulullah SAW serius. Nabi SAW juga bercanda dengan kebenaran. Abu Hurairah berkata, "Wahai Rasulullah, engkau bercanda kepadaku." Rasul menjawab, "Aku hanya mengatakan kebenaran." Banyak sekali hadits yang meriwayatkan candaan Rasulullah SAW. sehingga para ahli hadis memuat judul al-mizah ('bercanda') dalam karya-karya mereka.
Anas bin Malik, misalnya, menceritakan bahwa Zahir bin Haram adalah orang desa. Dari suatu kampung, dia mendatangi Rasulullah SAW. dengan membawa hadiah. Ketika ia hendak berpamitan pulang, Rasulullah SAW bersabda, "Zahir adalah (saudara) kita. Dia dari desa, sedangkan kita dari kota."
Zahir bukanlah laki-laki yang rupawan. Ketika dia menjual barang dagangannya di pasar, Rasulullah SAW. memeluknya dari belakang. Tanpa tahu siapa yang memeluknya, dia berkata, "Siapa ini? Lepaskan aku!" Ketika menoleh, barulah dia tahu bahwa orang itu adalah Rasulullah SAW. Beliau berkata dengan nada bercanda, "Siapa yang mau membeli budak ini?" Zahir berkata, "Wahai Rasulullah, engkau tidak akan mendapat untung kalau menjualku." Nabi menjawab, "Namun, engkau mahal sekali di sisi Allah SWT."
Rasulullah SAW juga tercatat pernah bercanda dengan seorang nenek tua dari kaum Ansar. 'Aisyah mengisahkan bahwa pada suatu hari seorang nenek tua menghadap Nabi SAW. dan berkata, "Wahai Rasulullah, berdoalah agar Allah memasukkanku ke surga." Nabi menjawab, "Wahai nenek, surga tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek."
Perempuan itu pun bergegas pergi sambil menangis. Nabi SAW. kemudian bersabda, "Beri tahukanlah kepadanya bahwa dia tidak akan masuk surga sebagai nenek tua. Allah telah berfirman, 'Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan- perawan yang penuh cinta (lagi) sebaya umurnya.' (al-Waqi'ah ayat 35-37).
Baca juga: Penjelasan Alquran Mengapa Bangsa Yahudi Kerap Membuat Kekacauan
Beragama yang baik tidak berbanding lurus dengan rona keseriusan pada urat wajah seseorang. Dalam beragama, relaksasi juga diperlukan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW. menyukai kesenian yang halal.
Misalnya, ketika Nabi dan para sahabat sibuk mencari cara terbaik untuk memanggil umat Islam sholat, 'Abdullah bin Zaid bermimpi diajarkan azan dan iqamah. Ketika 'Abdullah melaporkan mimpinya, Rasulullah SAW sangat yakin bahwa mimpi itu benar.
Maka, beliau pun setuju..