REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 15.900 orang termasuk petugas medis tewas di Gaza sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu. Jumlah korban tewas naik dengan stabil meski masyarakat internasional meminta pasukan Israel mengurangi serangan ke warga sipil.
Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mengatakan jumlah korban tewas naik dengan stabil. Israel menggelar operasi militer terbaru pada 1 Desember lalu setelah perundingan gencatan senjata dengan Hamas yang sempat digelar beberapa hari mengalami kegagalan.
Berdasarkan laporan kementerian kesehatan lebih dari 40.900 orang di Gaza terluka dalam serangan udara Israel. Al-Kaila mengatakan serangan udara Israel menghantam fasilitas-fasilitas kesehatan dan rumah sakit.
Ia menambahkan pasukan Israel juga menahan 30 petugas medis dalam serangan balasannya terhadap serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Israel mengklaim serangan tersebut menewaskan lebih dari 1.200 orang.
Dalam pengarahan yang diberikan pada Selasa (5/12/2023) al-Kaila mengatakan layanan kesehatan Gaza dalam situasi "bencana." Pernyataan ini senada dengan yang disampaikan pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Gaza.
Sejak Jumat (1/12/2023) lalu Israel memfokuskan serangannya di selatan pemukiman padat penduduk itu. Ketika perundingan gencatan senjata gagal. Kini tinggal lima rumah sakit yang beroperasi dalam kapasitas minimum dan hanya memiliki 1.300 ranjang
Al-Kaila mengatakan di daerah pendudukan Tepi Barat sudah 260 orang tewas dan 3.200 terluka sejak kekerasan melonjak tajam usai perang di Gaza pecah.