Rabu 06 Dec 2023 07:58 WIB

Pemprov Sumut: Regenerasi Petani Penting untuk Masa Depan Pertanian

Masih ada anggapan pekerjaan sebagai petani tidak mentereng.

Petani membawa hasil panen padi di persawahan kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Selasa (5/12/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani Indonesia sejak 2013 terus mengalami penurunan. Dari 31 juta petani pada 2013 hingga saat ini 29,3 juta petani, bahkan kondisinya didominasi oleh petani usia tua.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani membawa hasil panen padi di persawahan kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Selasa (5/12/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani Indonesia sejak 2013 terus mengalami penurunan. Dari 31 juta petani pada 2013 hingga saat ini 29,3 juta petani, bahkan kondisinya didominasi oleh petani usia tua.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN--Pemerintah Provinsi Sumatra Utara (Pemprov Sumut) menekankan pentingnya regenerasi petani di wilayahnya untuk masa depan pertanian di provinsi beribu kota Medan ini.

"Karena itulah kami selalu memotivasi pemuda untuk mau menjadi petani," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumut, Muhammad Juwaini, di Medan, Selasa (5/12/2023).

Baca Juga

Juwaini melanjutkan, pihaknya melakukan beberapa cara untuk meyakinkan anak-anak muda khususnya milenial, agar tertarik berprofesi sebagai petani dan menggantikan petani yang berusia di atas 50 tahun. Program yang dibuat mulai dari sosialisasi hingga pelatihan.

Namun, Juwaini mengakui ada beberapa tantangan yang dihadapi untuk itu. Salah satunya, menurut dia, yaitu masih adanya anggapan bahwa pekerjaan sebagai petani itu tidak mentereng.

"Memang tidak mudah. Kami perlu memberikan wawasan dan pandangan kepada generasi muda bahwa petani itu bukanlah hal yang 'rendah'. Sebab, sektor pertanian juga dapat menghasilkan pendapatan yang besar jika dilakukan dengan optimal," kata Juwaini.

Dia menambahkan, keberadaan anak-anak muda di pertanian Sumut juga berguna untuk memperkenalkan teknologi baru dan inovasi di bidang pertanian. Juwaini menganggap generasi muda lebih dekat dengan teknologi daripada petani yang sudah berumur.

"Jadi ke depan, pertanian Sumut dapat menjadi modern dengan penerapan teknologi baru misalnya bibit dan pupuk. Inovasi teknologi pun berpotensi semakin berkembang," tutur dia.

Berdasarkan Sensus Pertanian 2023 Tahap I, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut menyatakan, jumlah petani perorangan yang berusia di atas 55 tahun terus bertambah di Sumut. Jumlah petani perorangan berusia 55-64 tahun bertumbuh daripada sensus sebelumnya tahun 2013, yakni dari 18,80 persen menjadi 21,80 persen.

Sementara itu, petani berusia lebih dari 65 tahun naik dari 10,62 persen pada sepuluh tahun lalu menjadi 13,59 persen tahun 2023. Sebaliknya, petani untuk kategori usia kurang dari 15 tahun, 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun seluruhnya lebih rendah dibandingkan tahun 2013.

"Ini menjadi tantangan bagi kita khususnya soal estafet pertanian bagi generasi muda," ujar Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin.

Adapun untuk teknologi pertanian di Sumut, petani yang paling banyak menggunakannya pada tahun 2023 adalah mereka yang berumur lebih dari 39 tahun (464.226 orang), disusul yang berusia 19-39 tahun (137.969 orang).

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement