REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pertempuran di Gaza pada Selasa (5/12/2023), telah memasuki hari ke-60 sejak serangan balasan Israel seusai Hamas menerobos perbatasannya pada 7 Oktober 2023. Pada Selasa, kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengatakan bahwa mereka telah membunuh 10 tentara Israel di Khan Younis, Gaza selatan.
Sayap bersenjata kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina tersebut, Brigade Qassam, mengatakan bahwa para tentara zionis Israel tersebut dibunuh oleh para pejuangnya dalam "jarak dekat" di Khan Younis timur.
Kelompok itu mengatakan para pejuangnya juga menghantam tiga tank Israel, dua pengangkut personel dan tiga buldoser militer dengan peluru anti-peluru di sebelah timur dan utara Khan Younis. Delapan puluh tentara Israel tewas dalam serangan ke Gaza
Setelah berminggu-minggu melakukan pengeboman berat, Israel akhirnya melancarkan serangan darat di wilayah tersebut pada 27 Oktober. Sejak saat itu, total tentara Israel yang terbunuh juga terus bertambah, di mana mereka mengatakan setidaknya 80 tentara telah terbunuh sejak dimulainya serangan ke Gaza.
Sementara itu, Israel dengan menggunakan amunisi buatan AS pada Selasa, telah menewaskan 43 warga sipil di Gaza. Hal itu disampaikan kelompok hak asasi manusia, Amnesty Internasional.
"Militer Israel membunuh 43 warga Palestina dengan menggunakan amunisi buatan Amerika Serikat (AS) dalam dua serangan udara yang didokumentasikan di wilayah Gaza yang diblokade," kata Amnesty International mengatakan dalam sebuah laporan.
"Sebuah investigasi baru oleh Amnesty International telah menemukan Amunisi Serangan Langsung Gabungan (JDAM) buatan Amerika Serikat digunakan oleh militer Israel dalam dua serangan udara yang mematikan dan melanggar hukum di rumah-rumah yang penuh dengan warga sipil di Gaza yang diduduki," kata organisasi tersebut dalam sebuah posting di X.
"Dua serangan tersebut menewaskan total 43 warga sipil. Dalam kedua kasus tersebut, para korban yang selamat mengatakan bahwa tidak ada peringatan akan adanya serangan yang akan terjadi," tambah pengawas tersebut.
"Serangan-serangan tersebut merupakan serangan langsung terhadap warga sipil atau objek sipil atau serangan tanpa pandang bulu. Mereka harus diselidiki sebagai kejahatan perang," lanjut Amnesty.
Organisasi Amnesty Internasional ini juga meminta AS untuk menghentikan pasokan senjata ke Israel. Hingga hari ke 60, lebih dari 16.248 warga Palestina syahid di Gaza sejak pecahnya perang pada tanggal 7 Oktober.
Menteri Kesehatan Palestina Mai Al Kaila mengatakan, dan menambahkan bahwa 250 petugas kesehatan termasuk di antara korban tewas. Sementara itu, lebih dari 40.900 orang di Gaza telah terluka dalam serangan udara Israel, menurut laporan yang dikeluarkan oleh kementeriannya setelah pengarahan tersebut.