REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada dasarnya, Islam merupakan agama yang senantiasa mendatangkan kebahagiaan. Dalam tradisi fikih, seorang muslim yang telah baligh dan memiliki akal sehat disebut mukallaf atau orang yang terbebani hukum.
Namun, beban hukum tersebut tidak pernah melebihi kemampuan seseorang. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Tafsir mengatakan jika jiwa seorang muslim tidak merasakan kebahagiaan, maka ada dua kemungkinan.
Pertama, salah memahami dan memaknai ajaran Islam. Kedua, jiwanya memang ditakdirkan untuk tidak bahagia.
“Kalau tidak bahagia, dua kemungkinan, salah memahami dan memaknai islam atau jiwamu memang tidak bahagia atau takdir tersendiri,” kata Tafsir, dikutip dari situs resmi Muhammadiyah, Rabu (6/12/2023).
Tafsir mengungkapkan setiap manusia berpotensi mendapatkan kebahagiaan. Karena, kata dia, tidak mungkin ada orang yang sepanjang hidupnya merasakan kegetiran dan kecemasan. Seorang pengemis yang meminta-minta di bawah kerlip lampu merah tidak bisa divonis sebagai orang yang paling menderita.
Begitu juga sebaliknya, semua orang potensial merasakan ketidakbahagiaan. Seorang konglomerat paling populer, juga tidak bisa dipandang sebagai orang paling bahagia.
Kebahagiaan seorang muslim ialah...