REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Kegiatan pengolahan sampah organik terus berjalan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, sejak diuji coba mulai Senin (4/12/2023). Pengolahan sampah organik dilakukan dengan memanfaatkan maggot atau larva lalat tentara hitam (black soldier fly).
Untuk budi daya maggot itu disediakan biopond. Dari rencana 175 biopond, menurut Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna, sejauh ini baru sembilan yang digunakan di TPST Gedebage. “Masa uji cobanya, alhamdulillah, ini sudah berjalan. Kalau dibilang ideal sih belum ya,” kata dia, saat meninjau TPST Gedebage, Rabu (6/12/2023).
Menurut Ema, untuk mengoptimalkan pengolahan sampah organik menggunakan maggot ini, dibutuhkan biopond yang memadai. Ia menyebut saat ini dibutuhkan pelapis biopond yang dapat menyerap air. Selain itu, kata dia, dibutuhkan atap paranet untuk mengurangi paparan sinar matahari.
Hal itu untuk mendukung budi daya maggot. “Karena maggot ini tidak bisa makan dalam kondisi terlalu panas dan tidak boleh tergenang air. Karena, kalau air masuk, maggot akan kabur, jadi mereka harus nyaman,” ujar Ema.
Selain itu, direncanakan juga pembangunan tembok dan pemasangan jaring pembatas untuk menghalau pemangsa maggot, seperti tikus dan burung. Ema mengatakan, sejauh ini sudah sekitar 300 kilogram maggot yang disebar di sembilan biopond.
“Satu biopond itu bisa mencapai 80 kilo maggot, bahkan satu kuintal. Makin banyak sampah organik yang diolah, akan ditambahkan terus jumlah maggot-nya,” kata Ema.
Dengan rencana 175 biopond, Ema mengatakan, akan ada sekitar dua ton maggot yang dimanfaatkan untuk mengolah sampah organik. “Sehari bisa mencapai 20 ton sampah organik yang dikurangi,” ujarnya.
Ema menjelaskan, TPST Gedebage ditargetkan dapat mengolah sekitar 60 ton sampah organik per harinya. Menurut dia, target tersebut bisa tercapai jika seluruh mesin Gibrik Mini untuk pencacah sampah organik dan seluruh biopond dapat dioperasikan secara optimal.
Ema berharap akhir bulan ini operasional TPTS bisa optimal. “Walaupun ini sekarang kan baru 10 persen lebih lah berjalan ya. Tapi, ideanya kan ini nanti menyelesaikan 60 ton sampah. Nah, mesin Gibrik Mini yang sudah berjalan ini baru empat, mungkin besok lusa enam jalan,” kata Ema.
Selain di TPST Gedebage, Ema mengatakan, pengolahan sampah organik juga tengah didorong di tingkat kelurahan. Jika seluruhnya dapat berjalan optimal, kata dia, diharapkan sampah organik yang dapat diolah mencapai sekitar 170 ton per hari.
“Kalau ini sudah efektif, kita mengejar pengurangan 550 ton sampah per hari karena 40 persennya sudah ditangani melalui ‘maggotisasi’ dan sisanya melalui Kang Empos (karung, ember, kompos),” ujar Ema.