REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Aktivis sayap kanan Yahudi akan berunjuk rasa di Masjid Al Aqsa di Yerusalem pada Kamis (7/12/2023) malam. Mereka menuntut diakhirinya pengelolaan situs suci itu di bawah Dewan Wakaf dan ini menjadi desakan terbaru warga Israel membuat suasana memanas di area tersebut.
Area masjid ini sudah menjadi titik pertengkaran yang konstan dalam konflik Palestina-Israel. Situs ini telah menjadi wilayah yang paling diperebutkan di Tanah Suci sejak Israel menduduki Yerusalem Timur, termasuk Kota Tua, pada 1967, bersama dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun, konflik lebih jauh ke belakang, ke sebelum penciptaan Israel.
Al-Aqsa adalah nama masjid yang memiliki kubah berwarna perak di dalam kompleks seluas 35 hektar yang disebut sebagai al-Haram al-Sharif oleh umat Islam dan sebagai Temple Mount oleh orang Yahudi. Tempat ini ini terletak di kota tua Yerusalem, yang telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh Badan Budaya PBB UNESCO, dan penting bagi tiga agama Abraham.
Pada 1947, PBB menyusun rencana partisi untuk memisahkan sejarah Palestina. Kemudian di bawah kendali Inggris, wilayah ini menjadi dua negara, satu untuk orang Yahudi, terutama dari Eropa, dan satu untuk warga Palestina. Negara Yahudi diberikan 55 persen dari tanah itu, dan 45 persen sisanya adalah untuk negara Palestina.