REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Palestina mengatakan, tentara Israel secara paksa memindahkan mereka ke daerah semak belukar tandus di Gaza selatan tanpa air atau listrik. Militer Israel memerintahkan warga Gaza mengungsi ke Al-Mawasi yang diklaim sebagai tempat "aman" dari serangan.
Dalam sebuah video yang diuggah oleh Aljazirah, seorang jurnalis, Bisan Owda menunjukkan daerah Al-Mawasi yang tandus tersebut. Video itu menunjukkan, Al-Mawasi seperti padang tandus tanpa listrik, air, dan makanan. Tidak ada satupun bangunan di Al-Mawasi selain tenda-tenda pengungsi yang sudah didirikan.
"Tentu saja ini aman karena tidak ada tempat untuk mengebom di mana-mana. Kita akan mati di sini karena kelaparan, mereka (Israel) tidak akan membunuh kita, mereka tidak akan membayar kita untuk membeli boom dan membunuh kita. Kita akan mati di sini sendirian," ujar Owda.
“We will die here because of hunger.”
Palestinians say the Israeli army is forcibly displacing them to an area of barren scrubland in south Gaza with no water or electricity, where they face another fight for survival. pic.twitter.com/z74B9VOv2Q
— Al Jazeera English (@AJEnglish) December 6, 2023
Para pengungsi mendirikan tenda di wilayah Al-Mawasi, yang digambarkan oleh orang-orang Palestina sebagai semak belukar yang sepi. Seorang pengungsi, Enas Mosleh mengatakan, Al-Mawasi adalah daerah yang sangat terpencil. Di daerah itu tidak ada kamar mandi, tidak ada toko roti, maupun supermarket.
"Kamar mandinya tidak ada, kalau mau sholat pun kita tidak bisa mandi, tidak ada tempat untuk mencucui tangan anak-anak, bahkan tidak ada tempat di mana Anda bisa memanggang, idak ada toko roti atau supermarket. Ini adalah daerah yang sangat terpencil," ujar Mosleh.
Mosleh mengatakan, para pengungsi menghabiskan sepanjang malam dengan suara roket dan pengeboman. Warga Palestina yang mengungsi berada di antara hidup dan mati.
"Kita bisa mati kapan saja, kita sedang menunggu giliran kita dan anak-anak kita," kata Mosleh.
Pengungsi Palestina lainnya, Ibrahim Mahram mengatakan, para pengungsi menderita akibat perang meriam dan lolos dari perang tersebut hingga tiba pada perang kelaparan. Mahram mengatakan, dia harus membagi satu tomat untuk semua keluarganya agar tidak kelaparan. Selain itu, satu tenda pengungsi dihuni oleh lima keluarga yang berdesakan.
"Ada lima keluarga dalam satu tenda, saya tidur di tepi jalan. Saya meninggalkan rumah, uang, dan semua milik saya dan saya melindungi diri dari pengeboman dan penghancuran untuk melindungi diri saya sendiri, keluarga saya, dan anak-anak saya," ujar Mahram.
Tentara Israel mendesak warga Palestina mengungsi ke Al-Mawasi dari Khan Younis, di selatan Gaza. Militer Israel telah membombardir Khan Younis secara besar-besaran dengan dalih bahwa para pemimpin Hamas ada di kota tersebut.
Khan Younis menjadi tempat pengungsian bagi ratusan ribu warga Palestina yang melarikan diri dari kekerasan di wilayah utara Gaza. Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi akibat perang, sebagian besar dari mereka mengungsi ke Gaza selatan. Sebagian besar penduduk di Gaza berstatus pengungsi, setelah keluarga mereka dipaksa keluar dalam peristiwa Nakba pada 1948 yang menyertai berdirinya negara Israel.