Kamis 07 Dec 2023 18:47 WIB

Mengenal Dua Aplikasi Mata-Mata Israel

Israel meningkatkan upaya mengawasi warga Gaza Palestina.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi agen Mossad.
Foto: Anadolu Agency
Ilustrasi agen Mossad.

REPUBLIKA.CO.ID, HEBRON -- Sejak tahun 2017 Israel telah meningkatkan sistem untuk meningkatkan kemampuan pengenalan wajah dan memberikan mereka kekuatan pengawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Dilansir di Daily Sabah, Amnesti International memetakan kamera CCTV di area seluas 10 kilometer persegi (hampir 4 mil persegi) di Yerusalem Timur yang diduduki, termasuk Kota Tua dan Sheikh Jarrah, dan menemukan keberadaan satu hingga dua kamera CCTV setiap 5 meter (16 kaki).

Baca Juga

Israel telah menargetkan situs-situs yang memiliki signifikansi budaya dan politik dengan alat pengawasan baru, seperti pintu masuk Gerbang Damaskus ke Kota Tua, yang telah lama menjadi tempat warga Palestina bertemu dan mengadakan protes. Di pos pemeriksaan berpagar tinggi di Hebron, warga Palestina berdiri di depan kamera pengenal wajah sebelum diizinkan menyeberang. 

Saat wajah mereka dipindai, perangkat lunak  yang dikenal sebagai red wolf menggunakan sistem kode warna hijau, kuning dan merah untuk memandu tentara apakah akan membiarkan orang tersebut pergi, menghentikan mereka untuk diinterogasi atau menangkap mereka.

Ketika teknologi gagal mengidentifikasi seseorang, tentara melatih sistem tersebut dengan menambahkan informasi pribadi mereka ke database. Meskipun Israel telah lama membatasi kebebasan bergerak warga Palestina, kemajuan teknologi memberikan alat baru yang canggih kepada Israel. Alat terbaru adalah sistem pengawasan massal, yang mengandalkan AI untuk belajar mengidentifikasi wajah orang-orang berdasarkan simpanan besar data. gambar-gambar.

Namun, di Hebron dan Yerusalem Timur, teknologi ini hampir seluruhnya berfokus pada warga Palestina, menurut laporan Amnesti, menandai cara baru untuk mengotomatisasi kontrol perbatasan dalam negeri yang memisahkan kehidupan warga Palestina dan Israel, yang oleh Amnesty disebut sebagai “apartheid otomatis.”

“Basis data dan alat-alat ini secara eksklusif mencatat data warga Palestina,” kata laporan tersebut, yang didasarkan pada laporan mantan tentara Israel dan warga Palestina yang tinggal di wilayah yang diawasi, serta kunjungan lapangan untuk mengamati penggunaan teknologi di wilayah yang terkena dampak.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement