REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pendidikan Anita Lie, melihat naiknya posisi literasi membaca, matematika, dan sains pelajar Indonesia pada hasil PISA 2022 sebagai suatu pencapaian yang positif.
Sebab, kata dia, pandemi telah menyebabkan gangguan yang signifikan terhadap kegiatan belajar-mengajar secara global, tapi Indonesia tetap mampu menjaga kualitas pendidikannya.
“Pencapaian ini cukup bagus karena ada learning loss akibat pandemi yang terjadi bukan hanya di Indonesia, tapi juga di sejumlah negara lain,” kata Anita kepada wartawan, Kamis (7/12/2023).
PISA diselenggarakan secara rutin setiap tiga tahun sekali oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk mengukur literasi membaca dan matematika pada murid berusia 15 tahun. PISA di Indonesia menggunakan sampel pada 14.340 siswa SMP, SMA, dan SMK di 413 sekolah selama Mei-Juni 2022.
Berdasarkan hasil PISA 2022, peringkat Indonesia naik lima posisi untuk literasi membaca dan matematika. Untuk sains, Indonesia naik enam posisi dibandingkan hasil PISA 2018. Dia bergarap ke depan akan ada kenaikan yang lebib baik lagi dari hasik tersebut.
Selama pandemi, Kemendikbudristek meluncurkan empat program kunci untuk meminimalisasikan learning loss. Keempat program tersebut, di antaranya akses daring berupa bantuan kuota internet lebih dari 25 juta murid dan 1,7 juta guru, peluncuran Platform Merdeka Mengajar.
Lalu dua program lainnya adalah materi pembelajaran yang dibuat untuk membantu guru dalam menjalankan kegiatan belajar secara daring, serta implementasi Kurikulum Darurat yang menyederhanakan materi kurikulum agar guru dapat fokus mengajar. Langkah melakukan penyederhanaan materi itu jadi salah satu prinsip utama Kemendikbudristek dalam merancang Kurikulum Merdeka.
Anita menilai, keempat program yang dijalankan itu berimplikasi positif dalam meminimalkan learning loss selama pandemi, khususnya Kurikulum Merdeka. Implementasi Kurikulum Merdeka telah mendorong peningkatan literasi dan numerasi pasca pandemi sehingga mempengaruhi skor PISA Indonesia.
Hasil Asesmen Nasional (AN) Kemendikbudristek dari 2021 hingga 2023 juga dia sebut menunjukkan sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka mengalami pemulihan pembelajaran yang lebih cepat dibandingkan satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum 2013.
Sekolah yang menggunakan Kurikulum Merdeka bahkan mengalami peningkatan literasi dan numerasi daripada satuan pendidikan yang menjalankan Kurikulum 2013. Dengan hasil itu, Anita berharap Kurikulum Merdeka dapat diterapkan secara luas oleh seluruh satuan pendidikan untuk menciptakan perbaikan sekaligus peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
“Kita berharap begitu karena kurikulum ini disusun oleh para guru sehingga mereka punya sensor ownership dalam proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka ini memang diharapkan bisa untuk memperbaiki (kualitas pendidikan) kedepannya,” ucap Anita.
Direktur OECD, Andreas Schleicher, sebelumnya juga mengapresiasi terhadap pencapaian skor PISA Indonesia. Menurut dia, sistem pendidikan Indonesia cukup tangguh dalam menghadapi pandemi. Peserta didik Indonesia secara umum berhasil mempertahankan kualitas hasil pembelajaran dalam nilai PISA mereka.
Selain itu, Andreas juga menyoroti tentang para siswa di Indonesia menunjukkan rasa memiliki yang kuat di sekolah. Bahkan, sekitar 87 persen siswa mengatakan bahwa mereka mudah berteman dibandingkan dengan rata-rata 76 persen di negara-negara OECD.
"Siswa di Indonesia juga mendapatkan dukungan tertinggi dari guru mereka selama pandemi. Keterlibatan orang tua juga telah meningkat selama beberapa tahun terakhir dan menariknya bahwa semakin banyak orang tua memulai percakapan dengan sekolah tentang anak-anak mereka,” ujar dia.