REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lebih banyak lagi suporter tandang yang dilarang menghadiri pertandingan di Prancis setelah kematian seorang suporter di Nantes akhir pekan lalu. Kejadian itu mendorong pihak berwenang untuk melakukan tindakan keras terhadap kekerasan.
Menteri Olahraga Amelie Oudea-Castera mengatakan pekan ini bahwa mencegah para pendukung melakukan perjalanan ke klub-klub rival dapat membantu memulihkan ketenangan menyusul serangkaian insiden musim ini. Pesan tersebut telah didengar.
Reims mengatakan pada Kamis (7/12/2023) bahwa para penggemarnya tidak diizinkan untuk melakukan perjalanan ke Nice karena pertandingan liga Prancis mereka pada hari Minggu di kota Riviera telah diidentifikasi sebagai "berisiko" kekerasan.
"Oleh karena itu, Stade de Reims telah menutup penjualan tiket di sektor tim tamu untuk pertandingan ini, dan secara otomatis akan mengembalikan uang semua penggemar Reims yang telah memesan tiket," kata Reims.
Para penggemar Lyon tidak diizinkan untuk menghadiri laga di Marseille pada Kamis dini hari WIB, dan para pendukung Lens telah dilarang melakukan perjalanan ke pertandingan Sabtu (9/12/2023) dini hari WIB di Montpellier.
Di Prancis, para penggemar yang melakukan perjalanan secara teratur dilarang untuk menghadiri pertandingan berisiko tinggi seperti yang mempertemukan rival bebuyutan Paris Saint-Germain dan Marseille. Namun Oudea-Castera menyarankan agar langkah tersebut dapat digunakan lebih sering.
Para penggemar Marseille di Stade Velodrome membentangkan spanduk yang memprotes larangan tersebut sebelum pertandingan tim mereka melawan Lyon. "Dilarang bepergian di negara kebebasan. Hari ini, lebih dari sebelumnya, kebebasan untuk ultras," bunyi pesan mereka, merujuk pada penggemar fanatik yang sering digambarkan sebagai "ultras."
Penggemar Nantes yang meninggal pekan lalu tewas setelah perkelahian antarsuporter sebelum kemenangan 1-0 atas Nice. Kantor jaksa penuntut umum telah meluncurkan penyelidikan atas pembunuhan tidak disengaja.