Jumat 08 Dec 2023 06:36 WIB

Media Israel Ungkap Kegagalan Militer dalam Pertempuran di Gaza

Israel belum mencapai tujuan mereka di Gaza.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Tentara Israel dengan kendaraan tempur lapis baja mereka berkumpul di posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, (2/12/2023).
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Tentara Israel dengan kendaraan tempur lapis baja mereka berkumpul di posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, (2/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Media Israel, Channel 13, telah memantau manifestasi kegagalan otoritas pendudukan Israel dalam mencapai tujuan serangan mereka di Gaza. Channel 13 melaporkan, Israel belum mencapai tujuan mereka di Gaza dan belum berhasil memulangkan seluruh sandera.

“Israel belum mencapai tujuan yang ditetapkan karena belum berhasil memulangkan seluruh sandera dan belum mampu menyelesaikan konfrontasi dengan Hamas, yang masih menahan 138 tahanan,” kata Channel 13.

Baca Juga

Channel 13 melaporkan, Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober dengan infiltrasi mengejutkan dari darat, laut, dan udara. Israel mengklaim 1.200 orang yang terdiri dari tentara dan pemukim Yahudi meninggal dunia dalam serangan itu.

Israel membalas serangan Hamas dengan membombardir Gaza yang telah berlangsung selama dua bulan. Sekitar 90 tentara Israel telah tewas sejak dimulainya operasi darat di Jalur Gaza, sementara 10.000 orang terluka sejak awal perang.  Selain itu, 11 tentara tewas dalam konfrontasi di perbatasan utara dengan Hizbullah Lebanon.

Channel 13 menyebutkan Pemerintah Israel gagal memberikan laporan yang kredibel sejak 7 Oktober. Surat kabar Israel, Haaretz, telah mengonfirmasi bahwa helikopter tempur dan tank Angkatan Pertahanan Israel sebenarnya telah membunuh sebagian besar warga sipil ketika Hamas menyerang.

Israel telah membunuh 16.248 warga Palestina di Gaza, dengan 7.112 di antaranya adalah anak-anak, dan 4.885 di antaranya perempuan.  Sementara lebih dari 43.500 orang terluka akibat serangan Israel, dan setidaknya 8.000 orang diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan rumah mereka yang dihancurkan oleh bom Israel. 

Selain itu, sektor layanan kesehatan di Gaza telah terpuruk karena banyaknya korban jiwa dan serangan terhadap rumah sakit dan staf medis oleh pasukan Israel. Pengeboman Israel ini menciptakan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Channel 13 mencatat, pemerintah pendudukan Israel terpaksa mengevakuasi 130 permukiman di selatan dan utara sejak awal perang.  “Hal ini tidak berhasil menghalangi Hizbullah untuk melanjutkan bentrokan di perbatasan utara. Pemerintahan Benjamin Netanyahu tidak berhasil meningkatkan kepercayaan masyarakat Israel terhadap negaranya," ujar laporan itu.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dalam konferensi pers bersama pada Selasa (5/12/2023) malam dengan Netanyahu dan Menteri Kabinet Perang Benny Gantz mengakui bahwa Israel telah membayar harga yang sangat mahal sejak dimulainya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober. "Sayangnya, perang juga mempunyai konsekuensi, dan itu sangat berat, sangat berat," ujarnya.

“Setiap orang yang gugur adalah orang-orang yang disayangi oleh keluarga mereka, teman-teman mereka, dan bagi kita sebagai bangsa dan sistem keamanan. Banyak dari mereka yang saya kenal secara pribadi, sebagai komandan, atau  sebagai prajurit," ujar Gallant.

Gallant mengatakan, salah satu cara untuk membenarkan mahalnya harga perang melawan Hamas adalah dengan menyerang Hamas lebih keras. Pada Selasa, tentara Israel mengumumkan, terbunuhnya 7 perwira dan tentara dalam pertempuran di Jalur Gaza, sehingga menambah jumlah tentara yang tewas menjadi 408 sejak 7 Oktober lalu.

“Setiap hari dan setiap malam, tentara, unit khusus, dan Shin Bet (Dinas Keamanan Umum) hadir di tempat-tempat yang mungkin ada sandera," kata Gallant.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement