Jumat 08 Dec 2023 11:54 WIB

Menlu AS Tegaskan Penyelidikan Israel Atas Kematian Jurnalis Reuters Harus Selesai

Awak tank IDF membunuh jurnalis foto Reuters di Lebanon pada 13 Oktober 2023.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, penting menunggu penyelidikan Israel atas pembunuhan seorang jurnalis Reuters di Lebanon.
Foto: Saul Loeb/Pool Photo via AP
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, penting menunggu penyelidikan Israel atas pembunuhan seorang jurnalis Reuters di Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, penting menunggu penyelidikan Israel atas pembunuhan seorang jurnalis Reuters di Lebanon. Namun, dia menegaskan, penyelidikan itu harus bisa mencapai simpulan. 

“Penting dan pantas untuk menyelidiki hal ini secara menyeluruh dan sungguh-sungguh," ujar Blinken. 

Baca Juga

Ketika ditanya tentang hasil laporan penyelidikan yang dirilis Reuters, Blinken menyatakan, Israel pun telah memulai penyelidikan semacam itu." Penting untuk melihat bahwa penyelidikan tersebut mencapai kesimpulan, dan untuk melihat hasil dari penyelidikan tersebut," katanya. 

Seorang awak tank Israel membunuh jurnalis Reuters Issam Abdallah dan melukai enam reporter di Lebanon pada 13 Oktober. Menurut laporan yang disusun Reuters, anggota militer itu menembakkan dua peluru secara berurutan dari Israel ketika para jurnalis sedang merekam penembakan lintas batas.

Reuters mengatakan, pihaknya telah berbicara dengan lebih dari 30 pejabat pemerintah dan keamanan, pakar militer, penyelidik forensik, pengacara, petugas medis, dan saksi untuk mengumpulkan penjelasan rinci tentang insiden tersebut. Kantor berita tersebut meninjau rekaman video berjam-jam dari delapan media di wilayah tersebut pada saat itu dan ratusan foto.

Sebagai bagian dari penyelidikan, Reuters juga mengumpulkan dan memperoleh bukti dari lokasi kejadian. Bukti ini pecahan peluru di tanah dan tertanam di dalam mobil milik Reuters, tiga jaket antipeluru, tripod kamera, dan sepotong logam besar.

Organisasi Penelitian Ilmiah Terapan Belanda (TNO) memeriksa materi tersebut untuk Reuters di laboratoriumnya di Den Haag. Temuan utama TNO adalah potongan logam besar tersebut merupakan sirip ekor dari peluru tank kaliber 120 mm yang ditembakkan dari jarak 1,34 km.

Juru bicara internasional IDF Richard Hecht mengatakan, IDF menegaskan pihaknya tidak menargetkan jurnalis. “Kami tidak menargetkan jurnalis," ujarnya dikutip dari Jerusalem Post.

Meskipun Reuters mengatakan, bahwa Hecht tidak memberikan komentar lebih lanjut, pada saat kejadian, IDF mengeluarkan pernyataan yang mengatakan hal yang keliru. “Pada Jumat sore, organisasi teroris Hizbullah menembaki sejumlah lokasi di sepanjang Garis Biru, termasuk penembakan senjata anti-misil tank yang menghantam pagar keamanan Israel, berdekatan dengan komunitas Hanita," ujarnya.

“Segera setelah peluncuran rudal anti-tank, tentara IDF mencurigai adanya penyusupan teroris ke wilayah Israel, dan sebagai tanggapannya, mereka menggunakan tembakan tank dan artileri untuk mencegah penyusupan… Beberapa jam kemudian, sebuah laporan diterima bahwa… jurnalis terluka di daerah tersebut. Insiden tersebut sedang ditinjau,” kata pernyataan IDF. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement