Jumat 08 Dec 2023 12:28 WIB

Petani Gurem di Bantul Capai 97 Ribu Orang

Jmlah petani gurem diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
Petani di Bantul (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani di Bantul (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Saat ini DIY menjadi provinsi dengan jumlah petani gurem terbanyak di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari total petani yang ada di DIY, mayoritasnya atau sebanyak 88,75 persen memiliki tempat tinggal atau menggarap lahan seluas kurang dari 0,5 hektare.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Bantul mencatat, jumlah petani gurem di Kabupaten Bantul mencapai 97 ribu orang.

"Di Bantul memang petaninya adalah petani gurem. Jumlahnya sekarang sekitar 97 ribu petani di Bantul," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Bantul Joko Waluyo kepada Republika.co.id, Kamis (7/12/2023).

Joko memperkirakan jumlah petani gurem terus meningkat setiap tahunnya karena beberapa faktor. Pertama, pembagian tanah sebagai harta warisan kepada anak cucu petani. Kedua, alih fungsi lahan pertanian yang luasannya sudah kecil tersebut.

Apabila petani mewariskan tanah pertanian kepada anak-anaknya, akan ada pembagian lahan dengan luasan lebih kecil sehingga petani yang disebut petani gurem menjadi bertambah.

"Alih fungsi lahan juga, kalau dibagi untuk waris keluarga, pemanfaatannya biasanya bukan hanya untuk pertanian, tapi membangun tempat tinggal juga," kata Joko.

Meski demikian, menurut Joko, hasil pertanian yang ada di Kabupaten Bantul masih dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Bantul. Hal ini karena umumnya hasil pertanian di wilayah Bantul digunakan untuk stok makan sendiri.

Terlebih, Pemkab Bantul melalui DKPP juga berupaya agar adanya intensifikasi lahan pertanian untuk memastikan produksi pertanian meningkat, meski dilakukan di lahan pertanian dengan luasan kecil.

Penanaman intensifikasi yang dilakukan yakni dengan pola tanam indeks pertanaman (IP) 400 untuk sawah. Melalui IP 400, lahan sawah diupayakan dapat digarap dengan umur pendek, sehingga bisa menanam padi dalam frekuensi lebih sering dalam setahun.

"IP 400 dengan umur pendek bisa menanam padi empat kali dalam setahun, otomatis meningkatkan produksi," ujar Joko.

Inovasi intensifikasi ini juga dapat disesuaikan dengan jenis tanahnya. Untuk lahan marginal, dapat dilakukan tumpang sari, dengan berganti-gantian menanam palawija.

"Jadi mengintensifkan tanah yang ada, misalnya jagung dengan kacang kedelai, atau cabai dengan tanaman hortikultura lainnya," kata Joko.

Sebelumnya BPS menyebutkan bahwa dalam Sensus Pertanian 2023, jumlah petani gurem di Indonesia meningkat 18,54 persen menjadi 16,89 juta Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP).

Adapun di Pulau Jawa, petani gurem paling banyak ditemui di Yogyakarta yang mencapai 87,75 persen. Meskipun tinggi, angka tersebut tercatat turun 13,91 persen dibandingkan dengan sensus sebelumnya.

"Untuk di Jawa, paling tinggi di Yogyakarta karena petani gurem ada kaitannya dengan lahan, tentu kita paham yang lahannya sempit di Yogyakarta," ujar Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto saat Diseminasi Hasil Sensus Pertanian 2023 Tahap I di Hotel Ritz Carlton, Senin (4/12/2023).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement