Jumat 08 Dec 2023 18:40 WIB

Rapor Pendidikan Belum Digunakan Seluruh Satuan Pendidikan

Rapor Pendidikan telah digunakan oleh 95 persen sekolah di seluruh Indonesia.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan Rapor Pendidikan Daerah versi 2.0 ini secara jelas menunjukkan indikator utama yang digunakan untuk mengukur indeks Standar Pelayanan Minimal (SPM) atau skor capaian pendidikan
Foto: Dok Kemendikbudristek
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan Rapor Pendidikan Daerah versi 2.0 ini secara jelas menunjukkan indikator utama yang digunakan untuk mengukur indeks Standar Pelayanan Minimal (SPM) atau skor capaian pendidikan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapor Pendidikan menjadi platform yang mampu melakukan ragam penilaian terhadap satuan pendidikan. Paling tidak ada 11 indikator yang menilai kemampuan dasar peserta didik, karakter, inklusivitas hingga keselarasan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Tapi, belum semua sekolah menggunakan platform tersebut, yakni sebanyak lima persen.

"Rapor Pendidikan telah digunakan oleh 95 persen sekolah di seluruh Indonesia," kata Mendikbudristek Nadiem Makarim di Jakarta, Jumat (8/12/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, Rapor Pendidikan dapat menjadi cerminan dan bahan refleksi bagi sekolah untuk melakukan evaluasi dan perbaikan pendidikan. Nadiem menyebutkan, lebih dari 60 persen sekolah telah mulai menggunakan data dari rapor pendidikan tersebut. Di mana hasilnya dimanfaatkan sekolah untuk membantu perencanaan kegiatan tahunan sekolah.

"Pendekatan pengambilan keputusan berbasis data ini menjadi langkah perubahan signifikan dari ketergantungan pada bukti anekdotal di tahun-tahun sebelumnya," jelas dia.

Nadiem juga menyatakan, Kemendikbudristek selalu meyakini peran teknologi sebagai enabler. Teknologi tidak akan menggantikan peran guru, tenaga pendidik, dan kepala sekolah. "Teknologi kita manfaatkan dalam dunia pendidikan untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia dalam mengakselerasi perubahan ke arah yang lebih baik," kata Nadiem.

Sementara itu, Platform Merdeka Mengajar (PMM) terus meningkat. Saat ini semakin banyak guru yang bergabung pada platform pembelajaran dan berbagai praktik baik pengajaran itu. Pada 2019, hanya 620 ribu guru yang menggunakan PMM. Per November 2023, sudah 4,1 juta guru yang memanfaatkan PMM.

"Peningkatannya tujuh kali lipat dibandingkan tahun 2019 lalu," kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim di Jakarta, Rabu (6/13/2023).

Dari data yang disampaikan, dari 4,1 juta guru itu, 40 persen di antaranya merupakan guru yang berada di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Nadiem menyebutkan, pemanfaatan PMM kini telah berdampak pada perubahan mental para guru. Ada budaya baru yang terbentuk dari pemanfaatan teknologi itu.

"Hal ini menyebabkan pergeseran budaya di kalangan pelaku pendidikan di seluruh negeri menuju mentalitas pembelajar sepanjang hayat dan fokus untuk memberikan pembelajaran berkualitas bagi murid," kata Nadiem.

Nadiem menerangkan, PMM sedikit banyak telah membantu meningkatkan keterampilan belajar mengajar guru-guru di Indonesia. Di mana, kata dia, penggunaan PMM memang didominasi untuk pengembangan pembelajaran. “Sebesar 84 persen memanfaatkannya untuk aktivitas terkait pembelajaran, seperti Pelatihan Mandiri dan webinar," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement