REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kelompok hak asasi Amnesty dan Human Rights Watch (HRW) mengatakan Israel harus diselidiki atas kemungkinan kejahatan perang atas kematian seorang jurnalis di Lebanon pada Oktobe lalu. Reporter Reuters Issam Abdallah (37 tahun) meninggal dalam serangan nyata melintasi perbatasan Israel-Lebanon dan enam lainnya terluka pada Oktober.
Amnesty dan HRW mengatakan penyelidikan menunjukkan para jurnalis mungkin ditembak dengan sengaja oleh kru tank Israel. Namun. Israel membantah menargetkan wartawan.
"Kami tidak menargetkan warga sipil. Kami telah melakukan segala kemungkinan untuk mengeluarkan warga sipil dari bahaya," kata juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy dalam pengarahan yang disiarkan televisi, dilansir dari Saudi Gazette, Sabtu (9/12/2023).
Kelompok tujuh jurnalis dari Reuters, Aljazirah, dan AFP sedang syuting sekitar 1 km dari perbatasan Lebanon-Israel pada 13 Oktober. Amnesty mengatakan gambar menunjukkan para jurnalis mengenakan pelindung tubuh yang ditandai dengan kata "PRESS", dan mobil kru Reuters ditandai "TV" dengan selotip kuning di kap mesinnya.
Mereka berada di puncak bukit di area terbuka tanpa tutupan pohon atau bangunan lain untuk mengaburkan mereka dari pos militer Israel di dekatnya. Drone berada di atas kepala dan helikopter Israel telah berpatroli.
Abdallah tewas seketika dalam serangan itu. Dua jurnalis Reuters lagi, dua dari AFP, dan dua dari Aljazirah semuanya terluka. Fotografer AFP Christina Assi (28) kemudian diamputasi kaki nya dan masih di rumah sakit.
Wakil direktur regional Amnesty Aya Majzoub mengatakan penyelidikan organisasi menunjukkan itu kemungkinan serangan langsung terhadap warga sipil dan harus diselidiki sebagai kejahatan perang.
"Mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan Issam Abdallah yang melanggar hukum dan melukai enam jurnalis lainnya harus dimintai pertanggungjawaban," tambah Majzoub.
HRW mengatakan serangan itu adalah serangan yang tampaknya disengaja terhadap warga sipil, yang merupakan kejahatan perang. Kelompok itu mengatakan, penyelidikannya menunjukkan para jurnalis dihapus dengan baik dari permusuhan yang sedang berlangsung, jelas dapat diidentifikasi sebagai anggota media, dan telah diam setidaknya selama 75 menit sebelum mereka terkena.
Secara terpisah, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Richard Hecht, mengatakan militer tidak menargetkan jurnalis ketika Reuters mempresentasikan temuannya sendiri tentang insiden tersebut. Kantor perdana menteri Israel tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.
Direktur berita global AFP juga mengatakan agensi tersebut telah membagikan temuan terbarunya dengan militer Israel tetapi belum menerima tanggapan. Sebanyak 75 jurnalis telah terbunuh sejak awal perang, menurut Komite untuk Melindungi jurnalis.