Ahad 10 Dec 2023 06:21 WIB

1 dari 5 Ibu Hamil Alami Gangguan Mental Hingga 1 Tahun Setelah Melahirkan

Ibu hamil rentan mengalami gangguan mental.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Ilustrasi Ibu hamil. Sebanyak 1 dari 5 ibu hamil mengalami gangguan mental.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Ibu hamil. Sebanyak 1 dari 5 ibu hamil mengalami gangguan mental.

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibu hamil merupakan kelompok yang rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini disebabkan berbagai perubahan hormon, fisik, dan psikologis yang terjadi selama masa kehamilan hingga melahirkan.

Data WHO 2022 mencatat 1 dari 5 perempuan mengalami gangguan mental selama masa kehamilan hingga satu tahun setelah melahirkan. Dukungan bagi para ibu menjadi penting karena akan berdampak pada tumbuh kembang anak, kesehatan mental keluarga secara umum, dan yang terpenting kesehatan mental ibu sendiri. Menurut WHO, kesehatan mental ibu merupakan major public health challenge untuk suatu negara.

“Dukungan psikis dan emosional tidak hanya dibutuhkan ibu selama menjalani kehamilannya. Setelah melahirkan pun, para ibu tetap membutuhkan sokongan dari orang-orang terdekat," ujar Founder Halo Ibu, Ashtra Dymach dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (9/12/2023).  

Ia mengatakan komunitas yang hadir untuk Ibu dan keluarganya. Selepas melahirkan, seorang ibu membutuhkan ruang untuk bercerita karena ada proses perubahan peran yang mereka alami. 

"Setelah melahirkan dan tidak lagi hamil, adalah hal yang wajar jika ibu bersedih. Sebab ada yang hilang dari dirinya, ia bukan perempuan yang sama,” katanya. 

Idealnya, ayah adalah sosok yang berperan besar sebagai support system ibu. Kontribusi orang-orang di sekitar ibu, terutama ayah, sangat diperlukan demi menjaga kesehatan mentalnya. 

Dokter spesialis obygn di Tembuni Birth Center, dr Ridwan, SpOG mengatakan, peran suami dan keluarga terdekat sangat dibutuhkan untuk mendukung psikologis dan kesehatan ibu selama masa kehamilan hingga hari melahirkan nanti. Masa kehamilan sebaiknya tidak ditanggung sepihak saja oleh ibu, tetapi suami juga berperan sebagai pendamping yang selalu siaga dan memberi dukungan penuh kepada ibu. 

Menurut dr Ridwan pentingnya dukungan suami dan keluarga pada fase hamil dan bersalin pada ibu berkontribusi dalam mencegah terjadinya baby blues hingga postpartum depression (PPD) pada ibu.

“Dukungan dari suami dan keluarga terdekat merupakan faktor risiko yang paling dominan berkontribusi terhadap terjadinya baby blues hingga PPD yang rentan menghampiri ibu," ujarnya. 

Menurutnya, sebelum terjadi hal ini, perlu adanya tindakan preventif. Misalnya, melibatkan suami dalam memberikan informasi tentang kesehatan ibu dan anak, serta antisipasi terhadap deteksi dini baby blues hingga PPD dengan kualitas penggalian informasi pasien (anamnesis), sehingga dapat menurunkan angka kejadian postpartum blues. Ia memaparkan, banyak hal yang bisa dilakukan suami dan keluarga di sekitar untuk mendukung ibu yang sedang hamil, seperti menemani dalam menjalani perawatan kesehatan sampai membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Namun, bisa juga dimulai dari hal-hal sederhana yang bisa dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti menanyakan kabar ibu. Meski jawaban akan terasa standar di awal, tapi perlahan ibu akan mengeluarkan segala uneg-unegnya. Ia tak lagi memendam kepedihannya.

 

 

 

Pentingnya dukungan keluarga terdekat terutama suami, juga diamini oleh Andien Aisyah. Support system keluarga dalam menghadapi masa-masa sulit pasca melahirkan menjadi hal penting yang dirasakan oleh Andien. Ibu dari Kawa dan Tabi ini mengatakan dukungan suami membantunya dalam melalui proses hamil dan persalinan yang tidak mudah. Bahkan sang suami, yang akrab disapa Ippe tersebut, secara aktif mencari informasi tentang kehamilan dan menyusui. 

 

 

 

"Selain belajar bareng-bareng dengan suami untuk menjadi orangtua yang baik untuk anak-anak, suami saya juga selalu memberi perhatian bahkan hal-hal kecil selama proses hamil hingga melahirkan. Sesederhana seperti membawakan air minum, membelikan makan, ngobrol dengan anak kami selama dalam kandungan,” jelas Andien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement