Ahad 10 Dec 2023 06:38 WIB

Karen Amstrong Kisahkan Aksi Salahuddin Al-Ayyubi Kala Rebut Yerusalem dari Tentara Salib

Salahuddin Al-Ayyubi berhasil taklukkan Yerusalem dengan akhlak Islam

Red: Nashih Nashrullah
Suasana perang salib memperebutkan Yerusalem (ilustrasi). Salahuddin Al-Ayyubi berhasil taklukkan Yerusalem dengan akhlak Islam
Foto: wikipedia
Suasana perang salib memperebutkan Yerusalem (ilustrasi). Salahuddin Al-Ayyubi berhasil taklukkan Yerusalem dengan akhlak Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Penguasaan pasukan Salib atas Palestina rupanya tidak berlangsung lama. Tak sampai satu abad atau tepatnya pada  1187, Palestina kembali ke tangan kaum Muslim.

Salahuddin Al Ayyubi adalah orang yang paling berjasa mengembalikan Yerusalem ke pangkuan Islam. Secara bertahap, kaum Muslim kembali menguasai kawasan ini. Serangan kaum Muslim dilakukan melalui tiga fase.

Baca Juga

Pertama, kurun waktu 1099-1146 pada saat kepemimpinan kaum Muslim berada di bawah dinasti Saljuk Turki. Saat itu pemegang otoritas Suriah yang bermaksud membentuk imperium kecil sendiri melakukan serangan kepada pasukan-pasukan Salib.

Pertama kali dilakukan oleh Maudud tetapi menemui kegagalan. Pada 1128, serangan-serangan yang dilakukan baru mulai menampakkan hasil. 

Di bawah kendali Gubernur Mosul yang bernama Zengi, Aleppo berhasil direbut. Setelah itu, Edessa ditundukkan pada 1144. Zengi sendiri meninggal dunia dua tahun kemudian dan digantikan Nuruddin. 

Kedua, proses perebutan kembali Yerusalem dari tangan pasukan Salib. Target Nurudddin adalah menaklukkan Damaskus karena dipandang dapat menjadi pembuka jalan untuk merebut Yerusalem.

Pada 1147, dia membantu penduduk setempat dari kepungan pasukan Salib pada pertempuran Perang Salib jilid II. Akhirnya, pada 1154 sebuah pemberontakan lokal memaksa para gubernur Saljuk dan masyarakat umum kota tersebut menyerahkan Damaskus kepada Nuruddin.

Nuruddin berhasil membangkitkan kembali semangat antipasukan Salib setelah Damaskus ia kuasai.

Pada periode ini terjadi beberapa kali perang salib antara pasukan Nur Al Din dan pasukan salib Eropa, tetapi belum mampu menguasai kembali Yerusalem. 

Ketika Nuruddin berhasil mengambil alih kekuasaan Mesir dari Dinasti Fatimiyyah melalui tangan Salahuddin Al Ayyubi, Mesir dan Suriah bersatu di bawah sebuah kekuasaan. Kondisi ini tentu semakin membuka kesempatan dan membentangkan jalan kepada kaum Muslim guna menaklukkan Yerusalem.

Ketiga, penyatuan Mesopotamia dan Mesir menandai fase ini. Dari Mesir, Salahuddin kemudian berhasil merebut Damaskus pada 1174, lalu Aleppo pada 1183 dan Mosul tiga tahun kemudian.

Setelah semua daerah yang mengelilingi Palestina sudah benar-benar dapat disatukan, akhirnya pada 1187, Salahuddin berhasil mengalahkan pasukan Salib melalui perang Hittin. Inilah akhir pendudukan bangsa Latin di Yerusalem. 

Pada waktut itu, kemah-kemah pasukan Salahuddin Al Ayubi bertebaran di sepanjang Lembah Tanduk Hittin. Sementara pasukan Salib berkemah di sepanjang lereng yang berdekatan dengan lembah tersebut. Mereka terlihat kelelahan setelah menempuh sebuah perjalanan panjang.

Di perkemahan pasukan Salahuddin, 12 ribu prajurit mendendangkan untaian kata penyemangat jiwa. Malam 27 Ramadhan 583 H atau 1187 M menyusupkan semangat tersendiri bagi pasukan Muslim yang akan segera bertempur dengan pasukan Salib.

Baca juga: Kalimat yang Diulang 31 Kali dalam Surat Ar-Rahman, Ini Deretan Rahasianya

 

Kemenangan seakan telah di depan mata sebab kelelahan dan perpecahan di kalangan pihak Salib sendiri. Namun, Salahuddin tak mau gegabah. Ia perintahkan pasukannya untuk melakukan pengepungan atas perkemahan pasukan Salib.

Karen Armstrong dalam bukunya Perang Suci, mengisahkan, usai fajar menyingsing pasukan Muslim yang dipimpin Salahuddin bergegas meninggalkan perkemahan dan melakukan penyerangan. Kavaleri dari pasukan Salib yang dipimpin oleh Raymund melakukan perlawanan sengit.

Pengepungan yang dilakukan pasukan Muslim pun ...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement