REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Umat Islam dianjurkan untuk memberikan nama baik kepada anak-anaknya. Sebab nama dianggap adalah doa bagi orang tua. Lantas bagaimana jika perangai anak itu buruk meski sudah diberi nama yang baik?
Ustazah Atifah Hasan dari Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) menjelaskan, umat Islam memang dianjurkan untuk memberikan nama yang baik dan terpuji untuk anak mereka. Hal ini sebagaimana hadits, Rasulullah bersabda, "Kullu ghulamin rahinatun biaqiqatihi tudzbahu anhu yauma saabi'ihi wa yukhlaqu wa yusammakullu kgulanin rahinatun biaqiqatihi radzbahu anhu yauma saa bijihi wa yuhlaqu wa yusamma."
Yang artinya, "Setiap bayi tergadai dengan aqiqahnya, disembelihkan (kambing) untuknya pada hari ke tujuh, dicukur dan diberi nama” (HR Abu Dawud, no. 2838, at-Tirmidzi no. 1522, Ibnu Majah no. 3165 dll dari sahabat Samurah bin Jundub Radhiyallahu anhu. Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi, Syaikh al-Albani dan Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini dalam kitab al-Insyirah Fi Adabin Nikah hlm. 97).
"Begitu penting sebuah nama untuk diberikan kepada anak dalam Islam, sebab nama itu adalah doa yang akan berdampak kepada kehidupan dan jiwa seseorang," kata Ustazah Atifah saat dihubungi Republika, Sabtu (9/12/2023).
Tak hanya itu, kata Ustazah Atifah, manusia kelak akan dipanggil di padang Mahsyar nanti dengan namanya dan nama orang tuanya di hadapan banyak manusia.
Adapun seseorang yang sudah diberi nama baik-baik tapi perangai akhlak dan pribadinya tidak sesuai namanya, maka kata Ustazah Atifag, namanya bukan menjadi sebab perilakunya buruk. Sebab boleh jadi pola asuh dan arahan serta pendidikan orang tua dan lingkup sosial yang memengaruhi si anak.
"Jadi tetap, memberikan nama yang baik adalah tuntunan Islam. Begitu pula dengan mengasuh anak yang baik, tidak boleh diabaikan,"