REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Komika asal Lampung, Aulia Rakhman diduga menghina nama Nabi Muhammad SAW dalam materi stand up komedinya. Dalam kesempatan itu, dia menyinggung apalah arti sebuah nama, karena toh banyak yang memiliki nama Muhammad tapi berujung menjadi penghuni sel penjara.
"Cuma kan sekarang ini apa arti nama kayak penting saja gitu ya, coba lo cek penjara ada berapa nama Muhammad yang namanya Muhammad di penjara. Kayak penting saja nama Muhammad, sekarang ya sudah di penjara semua,” kata Aulia yang kini sudah memberikan permohonan maafnya. Di masyarakat kita, banyak orang tua memberikan nama Muhammad kepada anak laki-laki mereka. Mengapa?
Karena Muhammad SAW bukan hanya seorang Nabi dan Rasul, tetapi juga manusia pilihan Allah SWT. Namanya banyak disebut di dalam Alquran, bahkan di kitab-kitab terdahulu (Taurat, Zabur, dan Injil), dan karena seluruh kehidupan Nabi, ajaran dan segala perbuatan-perbuatan terpujinya menjadi teladan dan pedoman bagi seluruh umat Islam.
Karena itu banyak orang tua Muslim memberikan nama kepada anak cucu mereka dengan nama Muhammad. Tentu harapannya, agar anaknya yang terlahir bisa memiliki akhlak yang mirip dengan Nabinya.
Saking mulianya akhlak Nabi Muhammad SAW, sampai Allah pun memujinya dalam sejumlah ayat Alquran yaitu sebagai berikut:
Pertama, surat Al Qalam ayat 4.
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang Agung.”
Menurut Tafsir Kementerian Agama, ayat ini menegaskan secara langsung bahwa Nabi Muhammad benar-benar memiliki budi pekerti yang luhur. Karena Allah yang mendidik Nabi Muhammad dengan akhlak Alquran.
Ayat ini memperkuat alasan bahwa pahala yang tidak terputus itu diperoleh Rasulullah saw sebagai buah dari akhlak beliau yang mulia. Pernyataan bahwa Nabi Muhammad mempunyai akhlak yang agung merupakan pujian Allah kepada beliau, yang jarang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang lain.
Secara tidak langsung, ayat ini juga menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan orang musyrik bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang gila merupakan tuduhan yang tidak beralasan sedikit pun, karena semakin baik budi pekerti seseorang semakin jauh ia dari penyakit gila.
Sebaliknya semakin buruk budi pekerti seseorang, semakin dekat ia kepada penyakit gila. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang berakhlak agung, sehingga jauh dari perbuatan gila.
Baca juga: Remehkan Rencana Satgas Maritim Bentukan Amerika Serikat, Houthi Yaman: Tak Ada Nilainya
Ayat ini menggambarkan tugas Rasulullah SAW sebagai seorang yang berakhlak mulia. Beliau diberi tugas menyampaikan agama Allah kepada manusia, agar dengan menganut agama itu mereka mempunyai akhlak yang mulia pula. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia (dari manusia)," (riwayat al Baihaqi dan Abu Hurairah).
Kedua, sifat Rasulullah SAW yang penyantun dan penyayang juga Allah SWT gambarkan dalam surat At Taubah ayat 128.
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بالمؤمنين رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya: ”Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.”