Ahad 10 Dec 2023 15:00 WIB

Menyelami Hikmah Laba-Laba pada Surah Al-Ankabut

Dinamai Surat Al Ankabut karena terdapat perkataan yang mengandung arti laba-laba.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Menyelami Hikmah Laba-Laba Pada Surat Al Ankabut. Foto:  jaring laba-laba. Ilustrasi
Foto: Slashgear
Menyelami Hikmah Laba-Laba Pada Surat Al Ankabut. Foto: jaring laba-laba. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dinamai surah al-Ankabut karena terdapat perkataan "Al-Ankabuut" yang mengandung arti laba-laba pada ayat 41 Surah Al-Ankabut. Surah yang terdiri atas 69 ayat ini termasuk golongan surah-surah Makkiyah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Baca Juga

مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْلِيَاۤءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِۚ اِتَّخَذَتْ بَيْتًاۗ وَاِنَّ اَوْهَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ 

Perumpamaan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai pelindung adalah seperti laba-laba betina yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba. Jika mereka tahu, (niscaya tidak akan menyembahnya) (QS al-Ankabut Ayat 41).

Tafsir Ibnu Katsir menerangkan ayat ini adalah perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah seperti laba-laba yang membuat sarang atau rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka sembah selain Allah, dan Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

Sarang laba-laba yang lemah merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan kaum musyrik karena mereka mengambil atau menyembah tuhan-tuhan selain Allah. Kepada tuhan-tuhan selain Allah (berhala) itu kaum musyrik mengharapkan pertolongan, rezeki dan mereka pegang pada saat mereka tertimpa kesengsaraan.

Keadaan mereka dalam hal tersebut sama dengan rumah laba-laba dalam hal kelemahan dan kerapuhannya. Orang yang menyembah Tuhan-Tuhan seperti mereka seperti orang yang berpegangan pada rumah laba-laba, maka sesungguhnya hal itu tidak dapat memberikan suatu manfaat apapun kepadanya. Sekiranya mereka mengetahui keadaan tersebut, tentulah mereka tidak akan menjadikan penolong-penolong mereka selain dari Allah.

Berbeda halnya dengan orang Muslim yang beriman hatinya kepada Allah, dan beramal dengan baik sesuai dengan hukum syariat. Maka sesungguhnya dia berpegang teguh kepada tali yang kuat yang tidak akan terputus karena kekuatan dan kekokohannya.

Dalam penjelasan tafsir Kementerian Agama, ayat ini menjelaskan bahwa kaum penyembah berhala yang memandang selain Allah sebagai penolong mereka dan selalu mengharapkan darinya pertolongan dan penolak bahaya adalah bagaikan laba-laba yang berlindung pada sarangnya yang begitu lemah, sehingga tak kuat menahan tiupan angin, dan melindunginya dari dingin dan panas. 

Sarang tersebut laba-laba tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan utamanya jika sedang diperlukan. Demikianlah halnya orang-orang kafir (musyrik). Mereka tidak sanggup menyelamatkan diri jika Allah mendatangkan siksa-Nya. Pelindung mereka (selain Allah) tidak akan dapat memberikan pertolongan. Bahkan, diri mereka sendiri tidak dapat mengelakkan mereka dari azab Allah. 

Ringkasnya, orang musyrik penyembah berhala itu bagaikan laba-laba yang membuat sarang, sangat rapuh dan lemah. Sarang laba-laba itu ibarat dari suatu bangunan rumah yang sangat rapuh. Demikian juga agama yang sangat lemah adalah agama yang menyembah berhala.

Tafsir Al-Muyassar/Kementerian Agama Saudi Arabia menerangkan, perumpamaan orang-orang yang menjadikan berhala-berhala sebagai penolong seperti laba-laba yang membuat sarang bagi dirinya agar dapat menjaganya, namun sarang itu tidak memberikan manfaat sedikitpun ketika ia membutuhkan perlindungannya. Demikian pula keadaan orang-orang musyrik, para penolong mereka yang mereka ada-adakan (berhala) itu tidak dapat memberikan bantuan sedikitpun. Sesungguhnya selemah-lemah rumah adalah rumah laba-laba, seandainya mereka mengetahui hal itu, pasti mereka tidak menjadikannya sebagai penolong-penolong. Tuhan-tuhan (berhala) itu tidak memberikan manfaat bagi mereka dan tidak dapat mendatangkan mudarat terhadap mereka.

Surah Al-Ankabut Ayat 41 merupakan sebuah perenungan yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang berilmu dan senantiasa bertawakal kepada-Nya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement