REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan, negaranya akan terus berusaha mendorong Hamas dan Israel untuk menyepakati gencatan senjata baru di Jalur Gaza. Qatar merupakan mediator utama dalam kesepakatan gencatan Israel-Hamas bulan lalu.
“Upaya kami sebagai negara Qatar bersama mitra kami terus berlanjut. Kami tidak akan menyerah,” kata Sheikh Mohammed saat membicarakan tentang potensi gencatan senjata di Gaza di Doha Forum, Ahad (10/12/2023), dikutip laman Alarabiya.
Dia pun menyoroti berlanjutnya agresi Israel ke Gaza. Sheikh Mohammed mengatakan, kampanye pengeboman Israel mempersulit upaya dan peluang bagi Qatar untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Namun hal tersebut tidak melunturkan tekad Qatar.
“Kami akan terus melanjutkan, kami berkomitmen untuk membebaskan para sandera. Kami juga berkomitmen untuk menghentikan perang (di Gaza),” ujar Sheikh Mohammed.
Kendati demikian, Sheikh Mohammed mengakui, pihaknya belum melihat kemauan yang sama, baik dari Hamas maupun Israel. Komentar Sheikh Mohammed muncul setelah Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Gaza pada Jumat (8/12/2023). Kegagalan tersebut disebabkan adanya veto dari Amerika Serikat (AS).
Pada 24 November hingga 1 Desember 2023 lalu, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Selama periode tersebut, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera.
Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas dilaporkan menculik lebih dari 240 orang, kemudian membawa mereka ke Gaza. Mereka terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.
Sepanjang gencatan senjata selama sepekan, Hamas membebaskan 70 warga Israel dan 24 warga asing dari penyanderaan. Mayoritas warga asing yang dibebaskan berasal dari Thailand. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 210 tahanan Palestina.
Sejak berakhirnya gencatan senjata, Israel melanjutkan agresinya ke Gaza, terutama wilayah selatan Gaza. Sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel telah melampaui 17.500 jiwa. Sementara korban luka menembus 48 ribu orang. Angka tersebut dihitung sejak Gaza mulai dibombardir pada 7 Oktober 2023.