REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, menyebut elektabilitas pasangan capres Ganjar Pranowo-Mahfud MD menurun dari hasil survei terbaru lembaga survei kredibel karena faktor lebih sibuk menyerang kubu Prabowo-Gibran yang didukung Presiden Jokowi dibanding menyosialisasikan ide dan gagasannya.
Menurut Najmuddin, Ganjar tidak dapat terlalu sporadis menyerang kubu Prabowo-Gibran dan pemerintahan Jokowi karena ia tidak cocok menjadi antitesis Jokowi. "Perang kubu Ganjar dengan Prabowo justru merugikan Ganjar sendiri. Dan kita mesti ingat lagi, kalau yang sejak awal mempromosikan Ganjar adalah Pak Jokowi. Jadi, kalau beliau menyerang Jokowi, justru kubu Ganjar blunder," kata Najmuddin, Senin (11/12/2023).
Najmuddin menilai narasi yang diusung Ganjar sejak awal adalah melanjutkan program Jokowi. Termasuk berkomitmen melanjutkan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke IKN Nusantara. Tapi, sekarang Jokowi sudah jelas mendukung Prabowo yang berpasangan dengan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka.
"Saya lihat Ganjar dan PDIP tidak ada isu baru. Selain menyerang Prabowo dengan isu lama, menyerang Gibran dengan isu politik dinasti. Mestinya mereka fokus dengan isu pemberantasan KKN seperti yang cocok dengan Mahfud sang pendekar hukum," ujar Najmuddin.
Survei Litbang Kompas terbaru, disebutkan elektabilitas Prabowo-Gibran 39,3 Persen, Anies-Muhaimin 16,7 Persen, Ganjar-Mahfud 15,3 Persen.
Kemudian survei dari Populi Center periode 28 November 2023, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul jauh dibandingkan dengan dua pasangan lainnya di angka 46,7 persen
Sementara, elektabilitas pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD berimbang dengan Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar (Amin) dengan perolehan 21,7 persen. Dalam survei itu, masih ada 8,1 persen pemilih yang belum memutuskan pilihannya. Sedangkan suara yang menolak menjawab ada 1,8 persen.