Senin 11 Dec 2023 14:05 WIB

Starbucks Catat Kerugian 12 Miliar Dolar AS Sejak November 2023

Saham Starbucks sempat menguat pada paruh pertama bulan November.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
A coalition of unions and supporters join Starbucks workers at a rally outside a midtown Manhattan Starbucks coffee store, calling for fair schedules and wages, Thursday, Nov. 16, 2023, in New York.
Foto: AP Photo/Bebeto Matthews
A coalition of unions and supporters join Starbucks workers at a rally outside a midtown Manhattan Starbucks coffee store, calling for fair schedules and wages, Thursday, Nov. 16, 2023, in New York.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham Starbucks Corp mengalami rekor kerugian seiring meningkatnya kekhawatiran bahwa tren penjualan raksasa kopi tersebut telah mereda dalam beberapa pekan terakhir.

Seperti dilansir dari laman Bloomberg, Senin (11/12/2023) sahamnya turun 1,6 persen selama 11 sesi berturut-turut, yang merupakan penurunan terlama sejak debut publik Starbucks pada 1992. Secara total, kemerosotan tersebut telah menghapus 9,4 persen nilai pasar Starbucks atau penurunan hampir 12 miliar dolar AS.

Baca Juga

“Data penjualan pihak ketiga mengisyaratkan perlambatan material di Starbucks pada November setelah raksasa kopi tersebut menghasilkan pertumbuhan penjualan yang kuat sebesar delapan persen pada kuartal fiskal keempat,” tulis analis JPMorgan Chase & Co John Ivankoe.

Perkiraan penjualan kuartal pertama Starbucks di AS menjadi pertumbuhan empat persen dibandingkan periode tahun lalu. Dia memperkirakan lonjakan enam persen dalam penjualan toko domestik yang sama secara kuartalan.

Saham Starbucks sempat menguat pada paruh pertama bulan November, setelah perusahaan kopi tersebut melaporkan hasil kuartalan yang melampaui ekspektasi dan memberikan prospek penjualan yang lebih baik dari yang dikhawatirkan pada tahun fiskal 2024.

Namun, saham tersebut telah jatuh selama dua pekan terakhir di tengah kekhawatiran tentang data pertumbuhan ekonomi China yang lambat dan tren penjualan, yang memberikan peringkat overweight pada saham Starbucks.

Analis Wedbush Securities Inc, Nick Setyan mengatakan para investor khawatir penjualan serupa di AS mungkin jauh dari ekspektasi konsensus pada kuartal saat ini karena data kartu kredit telah mengisyaratkan perlambatan selama sekitar tiga minggu terakhir.

Setyan menyematkan peringkat netral terhadap saham Starbucks. Dia menyebut saham tersebut sebagai salah satu yang paling sensitif terhadap tanda-tanda kelemahan konsumen.

Di samping itu, Starbucks Corp mengatakan pihaknya menghubungi serikat pekerja yang mewakili ratusan tokonya untuk mengakhiri kebuntuan pembicaraan kontrak. Hal ini merespons adanya sebuah konflik yang telah merusak hubungan raksasa kopi tersebut dengan beberapa karyawan garis depannya.

Chief Partner Officer Starbucks Sara Kelly dalam surat tertanggal 8 Desember yang ditujukan kepada Presiden Serikat Pekerja Lynne Fox. Perusahaan mengatakan mereka terbuka terhadap gagasan dan aturan keterlibatan mengenai bagaimana tawar-menawar dapat dilanjutkan.

Fox mengatakan serikat pekerja telah menerima surat tersebut dan akan menanggapinya setelah meninjaunya. “Kami tidak pernah menolak pertemuan dengan Starbucks. Apa pun yang mendorong tawar-menawar ke depan dengan cara yang positif, kami sangat menyambutnya,” katanya dalam pernyataan e-mail.

Sudah sekitar dua tahun sejak Workers....

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement